Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Kalau Masih Ada yang Meremehkan Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Saatnya Mereka Tahu Fakta Sebenarnya!

author
Dini Adica
Selasa, 29 April 2025 | 15:04 WIB
Pekerjaan ibu rumah tangga sifatnya multi-role dan jam kerjanya nonstop. | SHUTTERSTOCK/220 SELFMADE STUDIO

Pernah nggak waktu hadir dalam reuni SMA dan Bunda salah satu dari sedikit orang yang berstatus ibu rumah tangga, dan ada yang bilang, "Kok nggak kerja sih?". Atau hal ini mungkin terjadi saat kumpul-kumpul keluarga besar?

Hm… mendengar komentar seperti itu rasanya memang menyebalkan banget. Karena kenyataannya, mengurus anak dan rumah itu capek, lho! Hanya saja, karena kelihatannya "cuma di rumah," banyak orang jadi meremehkan. Padahal, kalau merasakannya sendiri, baru deh sadar betapa beratnya pekerjaan tersebut.

Tidak usah jauh-jauh, ketika pasangan sedang jadi stay-at-home dad ketika Bunda sedang sakit atau bepergian, misalnya, pasti dia baru sadar kalau pekerjaan rumah tangga itu tidak ada habisnya.

Baca juga: Mau Tahu Kenapa Sesekali Ibu Perlu Liburan Sendiri tanpa Keluarga?

Namun, kita semua pasti paham mengapa orang sering banget meremehkan pekerjaan ibu rumah tangga. Kita lihat saja fakta-faktanya di bawah ini. Kalau mereka baru tahu, fix mereka mungkin di rumah terima beres saja.

1. Jam Kerjanya Nonstop

Banyak yang menganggap karena hanya beraktivitas di rumah, pasti banyak waktu luang. Faktanya, dari anak buka mata sampai mereka tidur lagi, pekerjaan di rumah muncul sambung-menyambung.

Dari menyiapkan sarapan dan bekal suami ke kantor, antar jemput anak ke sekolah, les, menemani membuat PR, membereskan rumah, merancang menu makan dan memasaknya, mencuci piring, sampai menjelang tidur pun, masih ada saja yang harus dilakukan.

Jadi, nggak ada tuh yang namanya libur weekend. Rasanya seperti punya shift 24 jam non-stop.

2. Beban Mentalnya Berat Banget

Mental load adalah istilah untuk beban pikiran yang harus di-manage terus-menerus: mengingat jadwal vaksin anak, membeli perlengkapan untuk tugas sekolah, mengecek stok susu, belum lagi mengingat ulang tahun anggota keluarga besar.

Baca juga: Orang Tua Habiskan 67 Jam Setahun untuk Nego soal Makanan dengan Anak

Ibu rumah tangga pada dasarnya seperti project manager, tapi project-nya adalah kelangsungan hidup seluruh keluarga. Kadang walaupun dari luar kelihatan santai, otak para ibu terus berputar.

3. Kerjaan Fisiknya Bukan Main

Bayangkan, menggendong bayi sambil berbelanja ke pasar lalu memasak, atau mengawasi si batita yang berlari ke sana-kemari sambil memainkan apapun yang dilihat dan dipegangnya.

Belum lagi kalau anak tantrum di mall, atau harus membereskan rumah yang seperti habis dilanda badai padahal baru beberes sejam yang lalu.

Badan rasanya mau rontok. Anehnya walaupun sudah lelah, tetap saja semuanya beres.

4. Butuh Kekuatan Emosional

Menghadapi batita yang maunya nempel mulu, menangis tak henti-hentinya, tidak mau makan padahal kamu sudah menyiapkan berbagai macam menu, ogah mandi, sampai jadi penengah drama kakak-adik, adalah aktivitas sehari-hari.

Hal itu jelas butuh skill dan kekuatan emosional tingkat dewa. Bunda harus bisa jadi pelatih emosi, jadi tempat curhat, sekaligus tetap jadi figur yang kuat buat anak-anak.

Baca juga: Kenapa Setelah Bertengkar, Hubungan dengan Pasangan Jadi Terasa Lebih Dekat?

5. Skill Profesional Tetap Dipakai

Mengatur keuangan keluarga, cermat saat berbelanja agar tidak boros, mengantarkan orang tua berobat rutin, itu semua butuh kemampuan manajemen tingkat tinggi.

Bahkan banyak skill yang dipakai di dunia kerja, sebenarnya justru lebih sering dipakai untuk mengelola rumah tangga.

Bayangkan kalau sudah tanggal tua, tapi anak-anak butuh peralatan untuk mengerjakan project di sekolah, sedangkan kamu juga masih harus menyiapkan bahan makanan untuk seminggu. Bunda harus pintar-pintar membandingkan harga dan melakukan tawar-menawar.

Apa yang Bunda lakukan menunjukkan keterampilan leadership, strategic planning, dan manajemen krisis.

6. Omongan Orang yang Merusak Kepercayaan Diri

Kadang ada saja yang nyeletuk, “Enak ya, di rumah aja.” Sekali, dua kali, mendengar hal itu sih, biasa saja. Tetapi kalau terus-terusan, bisa bikin minder juga.

Karena tidak punya penghasilan, atau karena pekerjaan rumah tangga tidak terlihat dari luar, kamu dianggap tidak cukup memberi kontribusi bagi keluarga. Padahal, pekerjaan ini capeknya bukan cuma fisik, tapi juga mental.

Baca juga: Checklist Isi Hospital Bag untuk Persiapan Bunda Melahirkan, dari Perlengkapan Ibu hingga Si Bayi

Makanya, dukungan dari keluarga dan teman-teman itu penting banget untuk menjaga kesehatan mental ibu rumah tangga.

7. Self-Care Itu Bukan Kemewahan, tapi Kewajiban

Banyak yang berpikir bahwa self-care itu membutuhkan perawatan spa yang mahal atau liburan panjang ke luar negeri. Padahal buat ibu rumah tangga, self-care sekadar 15 menit minum kopi tanpa gangguan saja sudah seperti me-recharge baterai.

Mendengarkan podcast sambil nyapu-ngepel, atau nonton berita 10 menit sebelum tidur? Itu hal-hal kecil, tapi berharga banget. Karena kalau kita nggak menjaga diri sendiri, semua urusan rumah juga bisa berantakan.

Jadi kalau masih ada saja yang bilang ibu rumah tangga itu bukan pekerjaan, coba deh kasih tahu: kerjaannya multi-role: dari juru masak sampai manajer keuangan. Dari housekeeper sampai guru. Dan, nonstop.

Kalau kamu lagi menjalani ini, jangan lupa tepuk pundak sendiri, ya. Buat yang melihat dari luar, yuk lebih banyak kasih support. Kadang, satu kalimat dukungan aja sudah bisa bikin hari ibu rumah tangga jadi lebih ringan.

Sumber: Geediting

Penulis Dini Adica
Editor Dini Adica