A father holds his daughter’s hand for a short while, but he holds her heart forever.
Unknown

Karyawan Terjebak Comfort Zone? Ini 3 Penyebabnya

author
Ratih Sukma Pertiwi
Jumat, 26 Oktober 2018 | 08:34 WIB
SHUTTERSTOCK |

Ada beberapa situasi bekerja yang membuat karyawan mudah terjebak comfort zone alias zona nyaman. Sayangnya, nyaman di sini bisa berarti negatif. Apa sebetulnya yang dinamakan comfort zone dan apa penyebabnya?

 

Comfort zone adalah kondisi ketika seorang karyawan merasa aman dan nyaman, namun sebetulnya dalam pengembangan karier ia tidak mengalami progress yang berarti.

Penyebab karyawan mudah terjebak dalam comfort zone bisa dilihat dari beberapa sisi, yaitu karyawan itu sendiri, lingkungan pergaulannya di kantor, dan perusahaan tempat ia bekerja. 

  1. Kurang Motivasi

Ada tipikal karyawan yang memang santai, sesuai saja dengan target yang diberikan, dan tidak terpacu untuk melakukan suatu terobosan yang lebih baik daripada yang dia miliki saat ini.

Biasanya karyawan dengan masa kerja yang panjang di sebuah perusahaan dan usia yang tidak lagi muda cenderung sulit termotivasi dan merasa puas dengan kondisi dia sekarang. Hal ini dipicu oleh kebiasaan dan rutinitas kerja yang terus berulang dan sudah dikuasai bertahun-tahun 

SHUTTERSTOCK |

  1. Lingkungan Pergaulan

Penyebab lain yang datang dari diri karyawan sendiri adalah lingkungan pergaulan. Ya, dengan siapa dia bergaul di kantor sangat berpengaruh pada motivasinya bekerja. Maka menjauhlah dari orang-orang yang suka bergosip dan tidak disiplin dalam bekerja, atau mereka yang disebut toxic employee. 

  1. Dukungan Perusahaan

Kebijakan dan kultur perusahaan juga bisa memicu munculnya “jebakan” comfort zone. Karyawan tentu berharap dengan memberikan kinerja terbaik maka perusahaan akan memberinya penghargaan berupa peningkatan kariernya. Apakah usaha dia sudah sesuai dengan hasilnya?

Maka agar karyawan mencapai kinerja yang terbaik dia butuh dukungan dari perusahaan, misalnya memberikan kesempatan dan tanggung jawab, fasilitas pendukung, jenjang karier yang jelas, evaluasi pekerjaan, serta pelatihan dan pengembangan skill karyawan. 

Jika perusahaan tidak bisa memberikan hal-hal tersebut, karyawan bisa kurang motivasi dan akhirnya terjebak di zona nyaman, atau justru mencari tantangan baru di perusahaan lain.

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Hasto Prianggoro