Try to be a rainbow in someone else’s cloud.
Maya Angelou

10 Hal Ini Bisa Jauhkan Kamu Dari Baby Blues

author
Ratih Sukma Pertiwi
Senin, 12 November 2018 | 12:00 WIB
SHUTTERSTOCK |

Setelah melahirkan, kamu merasakan emosi yang sangat tidak stabil. Sebentar senang, sebentar marah, sebentar menangis. Perasaan yang sangat fluktuatif ini bisa jadi pertanda seorang kamu mengalami baby blues.

Penyebab utama baby blues adalah fluktuasi hormon. Selain itu bisa disebabkan oleh kondisi psikis ibu yang baru melahirkan, misalnya merasa kecewa tidak berhasil melakukan proses persalinan normal, tidak bisa didampingi suami saat bersalin, trauma persalinan, kesulitan menyusui, khawatir tidak bisa mengurus anak dengan baik, kesulitan berbagi peran dengan suami, kesulitan berbagi perhatian dengan anak yang lain, kelelahan, dan sebagainya.

SHUTTERSTOCK |

Tanda-tanda baby blues di antaranya merasa sedih dan lelah berkepanjangan, perasaannya lebih sensitif atau mudah tersinggung, serta mudah merasa bersalah dan tidak berguna.

Baca juga: 7 Tips Agar Bayi Tidak Tumbuh Menjadi Picky Eater

Buat kamu yang merasakan tanda-tanda tersebut, coba lakukan 10 langkah berikut untuk mengatasi baby blues.

1.Dapatkan dukungan dari orang terdekat untuk membantu meringankan peran ibu.

2. Curhat dengan orang yang dipercaya, misalnya dengan sahabat, orang tua, saudara, atau support group.

3. Makan makanan bergizi agar tetap fit.

SHUTTERSTOCK |
4. Melakukan kegiatan outdoor, meskipun sekadar menghirup udara segar di taman.

5. Menuliskan perasaan untuk meringankan beban pikiran.

6. Membaca buku yang menginspirasi.

7. Melakukan meditasi dan relaksasi.

SHUTTERSTOCK |

8. Menggunakan tenaga bantuan atau asisten rumah tangga untuk mengurus rumah.

9. Tidak ada yang sempurna. Jadi belajar berbesar hatilah jika ada harapan yang tidak sesuai kenyataan.

10. Melakukan persiapan sebelum melahirkan, baik persiapan mental, fisik maupun finansial.

Jika baby blues tidak membaik setelah tiga minggu pasca melahirkan, ibu sebaiknya mendapatkan penanganan profesional sehingga tidak berlanjut menjadi depresi postpartum.

 

 

 

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi