When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Asal Usul Dot, Berawal Dari Bonggol Jagung

author
Isna Triyono
Kamis, 22 November 2018 | 10:00 WIB
SHUTTERSTOCK |

Dot atau empeng ini menolong banyak ibu untuk membuat bayi mereka anteng.

Meski ada juga yang berpendapat dot ini kurang bagus bagi pertumbuhan gigi dan gusi anak.

Namun apapun itu, dot atau empeng ini punya sejarah yang menarik.

1. Cikal bakal dot dimulai tahun 1680an, yaitu bonggol jagung yang dipotong kecil oleh istri seorang petani untuk membuat bayinya tenang. Bonggol jagung ini dipakai sebagai pengganti puting yang bisa dihisap-hisap dan mengeluarkan sedikit rasa manis.

Baca juga: Pink, Awalnya Identik Sebagai Warna Laki-laki

SHUTTERSTOCK |

2. Di abad ke-15, para ibu membungkus gula kasar dengan kain linen kemudian diikat dalam sampul hingga membentuk benjolan kecil. Bungkusan kain berisi gula kasar ini digunakan untuk membuat bayi tenang selama masa gigi pertama tumbuh.

3. Abad ke-17 di Inggris, orang-orang menggunakan karang, gading, atau tulang sebagai mainan saat bayi tumbuh gigi. Agar tidak tersedak, bahan-bahan tadi dipasang ke sepotong lempeng perak. Bahan-bahan ini dipercaya sebagai kekuatan hewan untuk membantu anak mengatasi rasa sakit.

4. Di abad ke-19, ibu-ibu di Amerika mencelupkan kain ke dalam air atau madu lalu diikat sekililingnya untuk diberikan pada bayi agar tidak rewel.

5. Dot dengan bentuk lebih modern dipatenkan oleh Christian W. Meinecke pada tahun 1901. Ia menggunakan karet untuk bagian putingnya dan menambahkan perisai berbentuk cakram agar tidak tertelan oleh bayi.

Baca juga: 7 Fakta Tertawa

6. Awalnya puting dot dibuat dari karet diproses dengan belerang sehingga membuat dot agak berbau busuk. Beberapa putting dot juga berwarna putih akibat karet diproses menggunakan timah.

SHUTTERSTOCK |

7. Banyak pihak mengecam penggunaan dot pada bayi. Para ahli dan juga media massa mengulas tentang efek negatif dot. Namun penjualan dot terus tumbuh.

8. Para innovator kemudian menciptakan dot dengan bentuk lebih aman, misalnya mengganti karet dengan lateks dan silicon. Modelnya pun berkembang beraneka macam.

9. Soal pilihan menggunakan dot atau tidak, hanya ibulah yang tahu yang terbaik untuk bayi mereka.

Penulis Isna Triyono
Editor Isna Triyono