Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Kapan Memberi Anak Uang Saku, Ini 2 Tipsnya

author
Hasto Prianggoro
Kamis, 6 Desember 2018 | 18:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 

Memberi anak uang saku sebetulnya positif, lo, Bun. Salah satunya karena uang saku bisa mengajarkan anak memahami arti uang dan bagaimana mengelola penggunaannya. Misalnya, ketika anak mendapat uang saku, ia bisa memilih apakah uang saku itu akan digunakan untuk membeli sesuatu atau menyimpannya dalam tabungan? Jika anak memilih menabung uang sakunya, selain mereka belajar tentang investasi, mereka juga akan belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu, mereka harus mau berusaha dan sabar menunggu hasilnya.

Uang saku juga mengajari anak konsekuensi jika kehilangan atau kehabisan uang. Misalnya jika anak menghabiskan uang sakunya sekaligus pada hari itu juga, maka anak akan belajar menghadapi situasi dimana mereka kehabisan uang karena penggunaan yang tidak tepat. 

Kapan Bunda sebaiknya memberikan uang saku dan berapa jumlahnya? 

1. Tak ada aturan khusus kapan memberi anak uang saku 

Anak sudah siap mendapatkan uang saku jika mereka mulai paham bahwa:

-Untuk membeli sesuatu mereka butuh uang.

-Menabung dan tidak menghabiskan uang itu penting

-Menghabiskan uang saku sekaligus berarti mereka harus menunggu sampai uang saku berikutnya diberikan

Baca juga:  Ini 5 Zodiak yang Berpeluang Jadi Kaya dan Terkenal

| SHUTTERSTOCK

2. Jumlah uang saku tergantung situasi 

Selama anak memahami jumlah uang saku dan kapan ia mendapat uang saku, anak mulai belajar bagaimana menggunakan uang saku secara benar. Secara umum, jumlah uang saku didasarkan pada:

-Dana yang dialokasikan dari anggaran keluarga.

-Berapa usia anak. Misalnya untuk anak TK cukup diberi uang saku Rp5000 dan anak SD Rp10.000. Tetapi ini tergantung lokasi dan kebijakan keluarga masing-masing. Ada keluarga yang tidak memberikan anak uang saku ketika TK dengan alasan tertentu.   

-Apa yang Bunda harapkan dari anak tentang penggunaan uang saku. Misalnya, jika anak harus memakai jasa ojek online dan jam belajar di sekolahan yang panjang, maka Bunda bisa memberikan uang saku lebih. 

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro