What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

2 Cara Cerdas Merespons Perilaku Mom Shaming

author
Isna Triyono
Selasa, 18 Desember 2018 | 10:00 WIB
SHUTTERSTOCK |

Jangan anggap remeh mom shaming. Meski kalimat basa-basi, seperti “Anak kamu umur berapa? Keliatan kecil, ya,” atau “Wah, anak kamu kok boleh ya minum es? Enggak takut batuk?”  ternyata bisa punya efek buruk lo bagi orang yang ditanya.

“Selain malu, korban mom shaming mengalami tekanan yang bisa menyebabkan kecemasan dan depresi,” kata psikolog Tari Sandjojo.

Efek Bagi Korban

Efek buruk mom shaming itu jangan dibiarkan berlarut. Mom shaming, lanjut Tari, harus diubah menjadi energi positif. “Misalnya dimanfaatkan sebagai proses belajar dan refleksi diri karena sebagai orang dewasa, kita seharusnya memiliki kemampuan memahami perspektif orang lain.”

Jadi, bagaimana sebaiknya seorang ibu merespons perilaku mom shaming?

  1. Menurut Tari jika ada komentar atau feedback atas keputusan seorang ibu dalam mendidik anak, lakukan riset ulang apakah yang dilakukan ibu tersebut sudah benar. Cari teori atau pendapat dari ahli.
  2. Kalau yakin apa yang ibu lakukan sudah benar, bisa sekalian edukasi mereka. Tapi kalaupun dianggap enggak benar, sesimpel, yang penting saya melakukan yang terbaik untuk anak-anak saya.

Baca juga: Para Korban Body Shaming, Lakukanlah 5 Hal Ini 

SHUTTERSTOCK |

Efek Bagi Pelaku

Tari justru lebih menyoroti efek bagi pelaku mom shaming. “Orang yang terlalu sibuk ngurusin orang lain, mungkin dia butuh achievement. Pelaku adalah justru orang yang harus paling dibantu, bisa jadi karena dia enggak percaya diri. Bahwa dia mencari achievement lain di dalam hidupnya,” jelas Tari.

Baca juga: #SudahiShaming, Ini Saran Pakar Buat Para Pelaku!

Jadi bagi pelaku mom shaming yang kerjaannya memberi komentar negatif pada orang lain tanpa tujuan apa-apa, “Ya saya rasa dampaknya dia jadi orang yang paling sulit belajar karena dia akan terus mencari kesalahan atau menunjuk orang lain.”

Penulis Isna Triyono
Editor Ratih Sukma Pertiwi