Keep your face always toward the sunshine, and shadows will fall behind you
Walt Whitman

Cegah Sexting, Ini Yang Harus Dilakukan Orang Tua

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 28 Desember 2018 | 16:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Sexting kini menjadi ancaman bagi anak-anak usia sekolah. Apa itu sexting dan apa yang harus dilakukan orang tua jika si Kecil menerima materi-materi seksual?

Di era media sosial dan internet seperti saat ini, sulit membendung datangnya informasi apa saja, termasuk informasi yang mengandung materi seksual. Apalagi anak-anak sekarang sudah mulai memegang gadget sejak kecil.

Salah satu yang harus dicermati orang tua adalah sexting (sex chatting), sering juga disebut “sexy selfie,” yaitu saling bertukar teks ataupun gambar yang berhubungan dengan aktivitas seksual melalui ponsel.

Anak-anak usia di bawah 10 tahun relatif belum cukup tahu tentang sexting seperti halnya anak usia remaja. Malah, biasanya mereka akan merasa takut, cemas atau bingung ketika menerima materi-materi tersebut, sengaja maupun tidak.

 

Baca juga: Bantu Anak Kenali Emosi Dengan 4 Hal Ini

 

Orang tua sebaiknya sejak dini bicara ke anak mengenai sexting. Ini akan membantu anak memahami apa itu sexting, sekaligus mencegah ia ”ikut-ikutan” berbagi foto seksual. Bicara ke anak juga akan membuat anak mengerti mana gambar atau foto yang tidak layak dan mengerti apa yang harus dilakukan jika menerima materi-materi sexting.

Membicarakan masalah besar seperti sexting, seperti halnya membicarakan seks atau pornografi, memang harus hati-hati. Akan lebih mudah memberi penjelasan jika anak memulai obrolan, misalnya anak menanyakan tentang “telanjang” yang ia dengar dari teman-temannya di sekolah.

| SHUTTERSTOCK

Sebaiknya cari tahu lebih dulu apakah anak sudah tahu tentang sexting. Tanyakan misalnya, “Dek, di sekolah teman-teman kamu sering ngomong tentang sexting nggak?” Tanyakan juga apakah anak pernah menerima atau memposting gambar semacam itu, adakah temannya yang suka mengrim gambar seperti itu?

Jika harus menjelaskan apa itu sexting, Bunda bisa menjelaskan secara sederhana dan jelas. Katakan pada anak bahwa dia boleh bicara kapan saja jika menerima gambar yang  mengganggunya. Pastikan anak tahu bahwa ia tidak akan dimarahi.

Beri tahu anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh diposting di media sosial. Misalnya katakan, “Kalau mau posting, posting aja kucing kesayanganmu, atau foto kue yang kamu makan, tapi jangan memposting foto-foto kamu, ya.”

Dan yang paling penting, batasi pemakaian gadget, jika memang tidak meungkinkan untuk melarang anak memakai gadget. Awasi pemakaiannya dan pastikan Bunda tahu password ponsel atau gadget anak.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro