When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Keterampilan Harus Diajarkan, Berikut Tips Buat Orangtua

author
Hasto Prianggoro
Sabtu, 12 Januari 2019 | 19:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Masih ingatkah, ketika anak masih kecil, orangtua sibuk dan rajin mengajari buah hatinya segala macam pengetahuan. Menyanyikan lagu ABC’s, melarang menggigit temannya, mengenalkan nama-nama binatang, mengajari kiss-bye, dan segala macam. Tapi begitu anak beranjak lebih besar dan masuk sekolah, rasanya jarang orangtua yang intens berinteraksi dengan anak dan berbicara tentang berbagai hal yang dialami anak.

“Ini yang sering dilupakan orangtua,” kata Laura Jana, MD, dari American Academy of Pediatrics. Padahal, lanjutnya, anak-anak ini juga masih butuh didampingi, perlu belajar berbagai skill sehari-hari seperti etika pergaulan di sekolah, bagaimana mengendalikan mood, bagaimana mengatasi stres akibat pelajaran sekolah, dan sebagainya.

“Mengendalikan mood, misalnya, bukan skill yang dibawa anak sejak lahir, tapi harus diajarkan,” lanjut Laura. “Berharap anak 10 tahun mampu mengendalikan mood sama halnya berharap anak 3 tahun bisa memasang tali sepatu sendiri.” Nah, tips di bawah ini membantu orangtua mendampingi anak terampil menghadapi masalah sehari-harinya.

 

Baca juga: 10 Perilaku Pertanda Anak Tidak Normal

 

1. Anak lagi kesal, jangan diganggu

Misalnya, ketika anak kesal pada teman sekolahnya, pahami bahwa moodnya sedang tidak bagus. Jadi, jangan langsung ditanyai macam-macam. Pastikan anak tahu bahwa orangtuanya bisa memahami perasaannya. 

2. Beri anak waktu

Ketika anak sedang emosi atau bad mood, beri ia waktu untuk menenangkan diri. Tawarkan anak untuk melakukan aktivitas fisik, seperti bermain boal di halaman atau bermain sepeda. Aktivitas fisik bisa membantu membuang rasa kesal atau frustrasi.

3. Bicara setelah anak tenang 

Setelah anak tenang, baru Bunda bisa ajak ia bicara. Tanyakan apa yang membuatnya kesal dan bantu anak mencari solusi yang masuk akal. Misalnya, jika anak kesal karena buku catatannya hilang, ajak anak untuk mencari buku tersebut bersama-sama.

| SHUTTERSTOCK

4. Makan bersama

Ajak anak makan malam bersama sesering mungkin. Kesempatan ini bisa digunakan orangtua untuk mengeksplor persoalannya sehari-hari yang dialami anak.

5. Pilih pertanyaan 

Jangan bertanya dengan kalimat, “Gimana sekolah kamu?” Jawaban pertanyaan ini sudah bisa diduga, seperti, “Baik, Bun.” Tanyakan tentang kelas olahraganya atau temannya yang baru saja kehilangan kucing, misalnya. Anak biasanya akan suka berbagi jika bukan ia yang menjadi obyek pembicaraan.

6. Jangan anggap enteng

Ketika si Kecil mengeluh tentang kejadian-kejadian yang ia alami, beri atensi dan jangan anggap enteng. Misalnya anak mengeluhkan kelas olahraga di sekolahnya yang nggak seru. Bisa jadi, buat orangtua kejadian itu tidak penting, tetapi bagi anak bisa jadi sangat penting. Dengarkan anak, beri empati, dan tawarkan bantuan.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro