Apa yang dirasakan seorang anak ketika ia diancam atau dimaki-maki oleh orang-orang di sekitarnya, khususnya orangtua, hanya karena melakukan kesalahan kecil? Malu? Merasa tak disayang? Tak berharga dan takut dimarahi jika melakukan kesalahan lagi?
Verbal abuse atau kekerasan verbal berupa ucapan atau makian merupakan kekerasan pada anak yang paling umum terjadi. Sebagian orangtua berkilah dengan menyebutnya sebagai “cara agar anak disiplin.” Padahal, dampaknya bisa sangat buruk dan mengancam perkembangan mental anak. Apa saja dampak buruknya?
1. Inferiority Complex
Anak yang sering mengalami kekerasan verbal akan mengembangkan inferiority complex alias minder (inferior) dan tak percaya diri. Akibat lanjutannya, ia akan menarik diri dari pergaulan. Jika tak segera diatasi, kondisi ini bisa menjadi permanen.
2. Kondisi fisik dan mental menurun
Kurangnya kepercayaan diri akan membuat fisik dan mental anak terganggu. Anak bisa mengalami depresi, nggak mau makan, sehingga juga memengaruhi pertumbuhan fisiknya.
Baca juga: 10 Perilaku Pertanda Anak Tidak Normal
3. Merasa bersalah
Jika anak terus-terusan mendapat kekerasan verbal, ia akan merasa bersalah dan berpikir ada yang salah dengan dirinya. Ia akan menganggap orang lain jauh lebih baik daripada dirinya, sehingga di lingkungannya pun ia akan menerima kekerasan verbal serupa yang menambah parah kondisi mentalnya.
4. Selalu pesimis
Anak yang secara konstan menerima kekerasan verbal akan gagal mengembangkan sikap positif, sehingga memandang semua urusan dengan kacamata pesimistis. Ini bisa memunculkan masalah saat ia dewasa kelak.
5. Kecanduan obat terlarang
Nilai-nilai positif dan semangat berkompetisi merupakan hal-hal yang mampu mencegah seseorang terjerumus ke dalam hal-hal negatif seperti kecanduan minuman keras maupun obat-obatan terlarang. Jika anak tak percaya diri, minder, dan pesimis, maka ia akan dengan mudah menjadi seorang pecandu.
6. Cenderung antisosial
Dampak paling parah yang dialami anak yang mengalami kekerasan verbal adalah gagal menjadi orang dewasa dan gagal menjadi orangtua yang baik. Beberapa studi tentang kejahatan di masa kecil menekankan adanya hubungan antara kekerasan verbal dan riwayat kriminal seseorang.