Orang tua seringkali memilih hukuman sebagai jalan pintas untuk mendisiplinkan anak. Mulai dari omelan sampai hukuman fisik. Padahal, pemberian hukuman tak selalu efektif untuk mengubah perilaku anak. Di bawah ini 5 kesalahan orang tua dalam memberikan hukuman bagi anak.
1. Harapan terlalu muluk-muluk
Orang tua sebaiknya tidak menaruh harapan yang terlalu tinggi kepada anak. Lihatah anak sebagai “siapa dia” bukan “siapa dia seharusnya.” Harapan yang tidak realistis ini bisa membuat frustrasi orang tua dan menghancurkan anak. Mengenali kemampuan dan kapasitas anak akan membuat orang tua lebih nyaman mengikuti tumbuh kembang anak.
Baca juga: 6 Tips Ubah Perilaku Anak: Ubah Lingkungannya
2. Mengandalkan hukuman untuk mengubah perilaku anak
Anak yang paling merepotkan orang tua biasanya anak yang sering mendapat hukuman paling sering. Meskipun pemberian hukuman boleh-boleh saja tetapi cara ini tidak efektif mengubah perilaku anak seperti yang diharakan orang tua. Hukuman tidak akan mampu mengubah perilaku karena tidak mengajarkan cara berperilaku yang lebih baik.
3. Makin panjang omelan, anak makin tak paham
Hukuman memang bisa mengubah perilaku untuk sesaat. Anak bisa saja menghubungkan antara hukuman dengan perilakunya. Tetapi anak tetap lebih melihat tindakan orang tua, apalagi jika disertai omelan. Seakin panjang orang tua mengomeli anak, semakin tidak masuk pula pesan yang ingin disampaikan.
4. Tidak memberitahu konsekuensinya lebih dulu
Menerapkan hukuman tanpa sebelumnya memberitahu anak konsekuensi dari perilaku atau tindakannya juga langkah kurang tepat. Anak hanya bisa membuat hubungan antara perilaku dan hukuman jika dia tahu konsekuensi dari perilaku atau tindakannya lebih dulu. Misalnya, anak diberi tahu bahwa menyakiti temannya itu tidak boleh. Jika tidak, anak akan menganggap orang tua tidak adil.
5. Memperpanjang hukuman
Melarang anak bermain dengan mainannya atau memperpanjang hukuman tidak akan efektif. Misalnya menghukum anak dengan melarangya bermain dengan mainannya. Semakin lama larangan, yang terjadi anak akan lebih kesal pada orang tuanya daripada menghubungkan larangan itu dengan perilakunya.