To her, the name of father was another name for love.
Fanny Fern

“Anakku meninggal ketika aku berjuang melawan kanker payudara..”

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 1 Februari 2019 | 16:00 WIB
| www.mirror.co.uk.jpg

 Ketika Julia Elliot (51) didiagnosa mengidap kanker payudara dan putranya, James, meninggal dunia seusai dioperasi, Julia merasa tak punya alasan untuk hidup lagi. Berikut curhat Jullia.

 

Aku seorang guru SD dan sangat mengidamkan momongan. Menjadi seorang ibu dan memiliki keluarga adalah impian terbesarku. Putra pertamaku, Tom, sekarang sudah berusia 24 tahun. Ketika Tom berusia 14 bulan, lahir adiknya, James.

James lahir dengan kelainan kromosom langka sehingga memiliki masalah kesehatan dan berkebutuhan khusus. Dia alergi terhadap hampir semuanya, memiliki gangguan belajar dan mengidap autisme.

Aku memutuskan berhenti bekerja untuk fokus merawat James. Aku mau membantu anakku supaya bisa mandiri. Masa-masa itu sungguh berat, setiap 2 jam sekali ia harus minum obat. Tubuh James juga harus 'dibungkus' perban khusus di 2 tahun pertama usianya. Kami juga selalu siap sewaktu-waktu ia kena reaksi alergi.

 

Baca juga: Belum Matang, Ini 7 Penyebab Lain Gagalnya Pernikahan

 

Aku dan suamiku, Steve, berkali-kali harus menghadapi kondisi James yang memburuk. Tahun 2012, ia mengalami perdarahan lambung dan harus menjalani operasi. James selamat. Kejadian-kejadian itu membuat kami khawatir dan tak pernah berharap lebih. Ketika James bayi, kami diberitahu bahwa ia tak bakal bisa tumbuh dan berkembang normal. Bahkan, ia tak bakal bisa melakukan apa-apa. Tapi aku terus merawatnya sepenuh hati.

James adalah murid pertama di sekolahnya yang memakai alat bantu komunikasi seperti yang digunakan Stephen Hawking. Di usia 7 tahun, James menjalani operasi yang akhirnya berhasil membuatnya mampu berjalan untuk pertama kali. James melakukan sesuatu yang luar biasa dan kami sangat bangga. semua yang ia lakukan adalah keajaiban.

Awal 2014, ketika berusia 19 tahun, James berhasil diterima di Star College, Cheltenham, dimana ia harus hidup mandii sebagai orang dewasa. James tak bisa naik pesawat terbang, tetapi kami membawanya ke Disneyland Paris dengan kapal laut Eurostar.

| Julia dan James kecil | www.mirror.co.uk.jpeg

Merawat James adalah pekerjaan 24 jam, jadi ketika tahun 2014 aku didiagnosa menderita kanker payudara, aku tak terlalu peduli. Waktuku sudah habis untuk James, tak sempat berpikir soal diriku sendiri. Aku menunggu hingga beberapa minggu dan menunda pengobatanku hanya untuk memastikan bahwa ada orang lain yang menggantikanku merawat James. Aku menjalani 2 mastektomi karena diduga kanker sudah menyerang kedua payudaraku. Habis mastektomi, aku menjalani kemoterapi.

Bukan hal mudah karena Steve harus bekerja sebagai akuntan sekaligus harus membantu merawat James. Tom juga sangat membantuku. Beruntung, kami keluarga yang selalu bersyukur dan suka humor. Ketika rambutku mulai rontok setelah kemoterapi, Steve mempermainkan rambutku, sementara James tertawa geli melihat ulah kami.

 

Baca juga:  Idap Penyakit Langka, Perempuan Ini Posting Foto-Foto Fashionnya di IG

 

Humor memang menjadi cara kami membuang stres. Rumah kami tak pernah sepi dari tawa kami berempat. Kami keluarga bahagia, tapi tak pernah mendapatkan materi sebagai hal utama. Sejak awal kami yakin, yang paling penting dalam hidup adalah saling memiliki.

Pengobatanku berjalan lancar dan bulan Mei diperkirakan bulan Mei 2015 bisa tuntas. Kami sudah berencana merayaan kesembuhanku dengan memasang hot tub di halaman rumah.

Tetapi, bulan Februari 2015, James jatuh sakit. Dia mengalami infeksi, tapi berhasil sembuh. Tak lama, ia jatuh sakit lagi dan harus dibawa ke RS. Ia mengalami sepsis dan harus menjalani 2 operasi dalam sehari. James tak kuat dan akhirnya meninggal dunia.

Kepergian James membuatku hancur. Aku telah membesarkan dan merawatnya 24 jam sehari selama 22 tahun. Dia memang tak bisa berbicara tapi kami bisa berkomunikasi. Dia putraku, temanku, sahabatku.. segalanya buatku. Dan ketika dia pergi, aku tak mampu bertahan.

| Julia usai kemoterapi | www.mirror.co.uk.jpeg

Di makam James, aku selalu membacakan surat betapa kami sangat mencintainya dan betapa bangga memiliki dia sebagai anggota keluarga. Kutulis surat setiap hari, kutulis semua perasaanku, kesedihanku, karena aku tak mau melupakannya. Aku ingat, aku masih punya Steve dan Tom. Tetapi, aku merasa tak ada yang bisa kulakukan buat  mereka lagi, karena bagian terbesar hidupku sudah hilang.

Berat badanku naik drastis setelah kepergian James, bahkan ukuran bajuku mencapai ukuran 19 atau XXXL. Botak, berdada rata, dan obesitas, Itulah aku. Steve dan Tom membawaku ke psikiater. Tahun 2017, aku dan Steve merayakan ulang tahun emasku di Venice. Begitu melihat foto diriku, aku terkaget melihat tubuhku yang nggak karuan. Aku harus mengontrol diriku.

Aku pun mulai mengatur pola makan dan rajin berolahraga. Aku merasa banyak yang kusia-siakan selama ini. Aku menyayangi James sampai lupa pada diri sendiri. Aku masih punya Steve dan Tom. Aku mulai membangun kembali hidupku. Aku selalu memikirkan James tetapi hidup ini singkat. Aku harus membuat setiap momen hidupku berarti bersama Steve dan Tom.

Dan James tentu saja.

 

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro