Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Bantu Anak Mengelola Emosi, Begini Caranya

author
Hasto Prianggoro
Sabtu, 9 Februari 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Usia 2 hingga 3 tahun merupakan usia yang sangat challenging bagi anak dan juga orangtua. Di usia ini, anak mulai menyadari bahwa mereka merupakan individu yang berbeda dari orangtua atau orang lain di sekitarnya. Mereka mulai berusaha menunjukkan siapa diri mereka, mulai menunjukkan rasa suka atau tidak suka, dan bertingkah mandiri sebisa mungkin. Anak juga mulai mengembangkan kemampuan bicara untuk mengekspresikan ide, keinginan, dan kebutuhan mereka.

Di saat bersamaan, anak masih belum memahami logika dan masih sulit mengelola keinginan dan kontrol diri mereka. Pokoknya, kalau mereka ingin sesuatu, saat itu juga harus terpenuhi. Itu sebabnya, kalimat-kalimat seperti “ Ngak mau”, “Biar aku saja”, “Nggak mau minum susu” dan sebagainya akan lebih sering terdengar dari mulut si Kecil.

Tugas orangtua adalah membantu buah hati untuk mengelola emosi-emosi yang masih labil tadi. Lihat saja, anak begitu riang ketika dibelikan es krim kesukaan, tetapi langsung menangis dan tantrum ketika potongan es krim tadi jatuh ke bajunya.

Perubahan perilaku yang muncul biasanya mengindikasikan anak tak bisa mengekspresikan perasaan atau emosinya. Secara alamiah, anak mulai bisa mengelola dan mengekspresikan emosinya ketika mereka mulai mengembangkan kemampuan bicaranya, umumnya di usia 3 tahun. Mereka juga mulai bergaul dengan teman-temannya, mulai bisa mengatasi rasa kecewa, dan mengikuti aturan. Tetapi, anak mulai benar-benar bisa mengelola emosinya ketika masuk sekolah.

| SHUTTERSTOCK
Nah, Bunda bisa membantu anak belajar mengelola emosi dengan cara seperti di bawah ini:

1. Bantu Memahami Emosi Lewat Buku

Baca buku dan beri intonasi khusus ketika sampai pada cara karakter di buku mengutarakan perasaan atau emosinya. Misalnya, “Snowy sangat gembiraketika mendapat hadiah sepotong tulang..” Bunda bisa juga mengekspresikan perasaan di depan anak, misalnya, “Bunda senangkamu mau membantu membersihkan meja..”

2. Berikan Solusi Untuk Mengelola Emosi

Ketika anak bisa mengenali emosi atau perasaaannya, Bunda bisa memberinya solusi. Ini akan membantu anak belajar apa yang harus dilakukan ketika ia menghadapi masalah yang sama di kemudian hari.

3.Belajar Melampiaskan Emosi Secara Positif

Anak usia ini butuh bimbingan ketika mereka mengalami emosi-emosi mendalam seperti marah, sedih, dan frustrasi. Jadi, misalnya anak marah, perjelas kenapa dia marah, lalu beri ia alternatif untuk melampiaskan kemarahannya. Misalnya menggambar wajah marah, berteriak di dalam kamar, atau yang lain. Intinya, anak tahu bahwa ada banyak pilihan untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara yang positif.

Baca juga: 5 Perilaku Buruk Si Kecil Yang Mengganggu

4.Tunjukkan Bahwa Bunda Berempati

Anak kesal karena keinginannya tak dipenuhi, meskipun ia mendapat opsi lain. Misalnya, anak minta mainan yang harganya mahal. Bari tahu anak bahwa Bunda memahami pilihan yang ditawarkan bukan seperti yang ia inginkan. Misalnya, “Bunda tahu kamu sangat ingin mainan itu, tapi sekarang uangnya Bunda pakai buat bayar sekolah dulu, ya. Toh, mainan yang Bunda belikan bagus juga, kan?”   

5.Biarkan Anak Membuat Pilihan

Beri anak kesempatanuntuk menentukan pilihan sendiri, misalnya memilih baju mana yang akan ia kenakan, apa yang ingin ia makan, bermain dengan siapa, dan sebagainya. Ini akan membantunya merasakan bahwa ia memiliki kontrol. Ini juga membantu anak menumbuhkan rasa percaya diri dan iklim kompetitif. 

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro