What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

Hati-hati Bun, Si Kecil Juga Bisa Insomnia, Lo!

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 20 Februari 2019 | 17:00 WIB
| SHUTERSTOCK

Ternyata tak hanya orang dewasa yang mengalami imsonia. Anak-anak pun bisa juga sulit tidur sehingga mengganggu kualitas hidupnya.

Insomnia bisa berupa insomnia primary maupun secondary. Insomnia primary artinya anak memang punya kesulitan untuk bisa terlelap, sementara insomnia secondary disebabkan hal lain seperti konsumsi obat atau faktor lingkungan.

Beberapa gejala anak yang mengalami insomnia antara lain bangun tidur lebih dini tetapi mengantuk seharian, tak mampu fokus pada pelajaran atau kegiatan di sekolah, sering melakukan kesalahan yang tak perlu, agresif, hiperaktif, bermasalah dengan disiplin di sekolah, serta moody.

Baca juga: Bayi Tumbuh Gigi, Ini Cara Menenangkannya

Pada anak-anak, insomnia bisa disebabkan antara lain oleh:

1. Stres

Stres merupakan salah satu penyebab utama insomnia pada anak, khususnya anak-anak yang mulai berajak dewasa. Anak bisa saja stres akibat tekanan di sekolah, ketakutan yang tidak beralasan, tekanan kelompok, dan lain-lain. Jika anak mengeluh tidak pernah merasa mengantuk, orang tua sebaiknya mencari tahu penyebabnya.

2. Konsumsi obat

Obat-obatan tertentu seperti obat untuk depresi, kortikosteroid, maupun obat antikejang bisa memiliki efek samping yang berpengaruh terhadap pola makan dan pola tidur anak, termasuk insomnia.

| SHUTTERSTOCK

3. Faktor psikis dan gangguan tidur lain

Anak-anak yang mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan rasa cemas cenderung mengalami kesulitan tidur. Masalah kesehatan lain juga bisa membuat anak jadi sulit tidur.

4. Faktor lingkungan

Lingkungan yang tenang dan nyaman sangat berpengaruh terhadap kualitas tidur anak. Anak bisa saja kesulitan memejamkan mata karena lingkungan yang ramai dan tak nyaman.

Untuk mengatasi insomnia pada anak, bisa dilakukan beberapa langkah seperti terapi perilaku, mengubah gaya hidup (misalnya suasana kamar dan lingkungan dibuat senyaman mungkin), atau dengan mengatur jadwal tidur anak.

 

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro