Too much love never spoils children. Children become spoiled when we substitute presents for presence.
Anthony Withman

Si Batita Hobi "Head banging”, Normalkah?

author
Hasto Prianggoro
Senin, 25 Februari 2019 | 16:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 

Head banging saat menonton konser musik cadas itu biasa. Tetapi kalau yang melakukan “head banging” adalah batita di rumah, apa yang harus dilakukan orang tua? 

 

Head banging yang dilakukan batita sebetulnya hal yang wajar. Hampir 20% bayi dan batita menggerak-gerakkan kepala ke kanan-kiri dan ke atas-bawah dengan tujuan tertentu.

Anak laki-laki lebih banyak melakukan head banging ketimbang anak perempuan. Biasanya, ini mulai dilakukan saat anak berusia setengah tahun hingga puncaknya di usia 2 tahun. Kebiasaan berhead banging ini akan berhenti sendiri setelah beberapa bulan atau tahun, biasanya ketika anak menginjak usia 3 tahun.

Apa sebetulnya penyebab anak melakukan head banging? Yang pertama karena membuat anak merasa nyaman. Mereka melakukannya secara ritmis hingga mengantuk dan tertidur, ketika terbangun pada tengah malam, atau bahkan ketika mereka tidur. Menurut ahli perkembangan, gerakan-gerakan ini, seperti halnya berayun di kursi goyang, akan membuat anak merasa nyaman.

Baca juga: 9 Momen Tumbuh Kembang Si Batita

Penyebab berikutnya adalah untuk mengatasi rasa sakit. Misalnya sakit akibat gigi tumbuh atau sakit akibat infeksi telinga. Nah, head banging membuat anak merasa sedikit nyaman karena sakitnya jadi teralihkan. 

Bisa juga disebabkan oleh frustrasi, umumnya saat anak tantrum. Di usia ini anak belum bisa menyampaikan emosinya secara verbal. Dengan head banging, anak terbantu untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang terdekatnya.

Adanya masalah perkembangan juga bisa membuat anak hobi berhead banging. Biasanya ini dikaitkan dengan autisme atau gangguan perkembangan lain, meskipun head banging bukanlah satu-satunya pertanda anak mengalami problem perkembangan serius.

| SHUTTERSTOCK

Lantas apa yang harus dilakukan orang tua? Yang pertama, beri anak perhatian, khususnya ketika ia tidak melakukan head banging. Jangan menghukum anak, karena anak masih terlalu muda untuk memahami situasinya. 

Yang juga penting, jaga agar anak tidak cedera. Periksa lagi ruangan dan benda-benda di dalamnya seperti meja, kursi, pintu dan sebagainya, agar anak tidak terjatuh dan cedera. Sebaiknya hindari meletakkan bantal atau bedcover sebagai pengaman ketika anak terjatuh. Benda-benda ini justru berisiko membuat anak tercekik dan tak bisa bernapas. 

Orang tua juga jangan terlalu khawatir ketika mendapati anaknya melakukan head banging. Ini biasanya merupakan perilaku anak untuk mengembangkan kemampuan kontrol atas dirinya sendiri. 

Bisa jadi, anak suka head banging karena menyukai irama dan beat. Jadi, kenapa tidak alihkan minat anak ini dengan mengajaknya menari atau bermain musik? Jika anak masih juga hobi berhead banging, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter agar mendapat penanganan yang baik.

 

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro