What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

Jam Kerja Tinggi Berisiko Bagi Perempuan. Kenapa?

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 1 Maret 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 Bekerja selama lebih dari 60 jam per minggu ternyata memiliki dampak tak baik bagi kesehatan perempuan. Mereka lebih berisiko terkena penyakit serius.

 

Bekerja berjam-jam per hari merupakan salah satu jalan meniti karier menuju sukses. Tetapi, bekerja berjam-jam setiap hari selama bertahun-tahun ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan perempuan.

“Aktivitas ini menaikkan risiko berbagai penyakit di kemudian hari,” kata Allard Dembe, peneliti dan profesor bidang menajemen kesehatan dari College of Public Health, Ohio State University. “Bekerja berjam-jam kelihatannya lebih berisiko bagi karyawan laki-laki, tetapi ternyata tidak. Justru karyawan perempuan yang memiliki risiko lebih tinggi,” lanjutnya.

Baca juga: Meningkat, Jumlah Milenial Yang Menderita Kanker

Penelitian yang dimuat di Journal of Occupational and Environmental Medicine membagi karyawan laki-laki yang bekerja lebih dari 60 jam per minggu dengan kelompok karyawan laki-laki yang bekerja 30-40 jam per minggu. Hasilnya, kelompok yang pertama memiliki risiko mengalami osteoarthritis dan rheumotaoid arthritis 3 kali lipat dibandingkan kelompok kedua, meskipun faktor risiko penyakit lain tidak naik secara signifikan.

Ini berbeda dengan hasil penelitian terhadap karyawan perempuan. Penelitian dilakukan terhadap kelompok karyawan perempuan yang bekerja 60 jam per minggu dan kelompok karyawan perempuan yang bekerja 30-40 jam per minggu. Kelompok pertama memiliki risiko terkena penyakit serius, seperti penyakit jantung, diabetes dan kanker, 3 kali lipat dibandingkan kelompok kedua. Mereka juga 4 kali lipat lebih berisiko terkena arthritis.

| Pemeriksaab mammografi | SHUTTERSTOCK

Risiko ini mulai naik saat perempuan bekerja lebih dari 40 jam per minggu dan makin menanjak saat mereka bekerja lebih dari 50 jam per minggu. Penelitian ini cukup masuk akal, dikaitkan dengan peran ganda perempuan, mulai dari merawat dan mengasuh anak, mengurus keluarga, sampai memikirkan karier pribadinya.

Lamanya jam kerja di kantor akan sangat memengaruhi jam tidur dan tingkat stres perempuan. “Mereka biasanya jadi lupa merawat diri, misalnya tidak pernah melakukan screening test seperti pemeriksaan mammografi,” kata Dr. Nieca Goldberg, Medical Director pada Joan H Tisch Center for Women’s Health di New York Langone Medical Center, New York.

Jadi, apa yang harus dilakukan? “Sebaiknya atur pekerjaan kantor supaya tidak menumpuk, misalnya dengan melakukan delegasi tugas," kata Goldberg. Selain itu, rutin melakukan medical check up dan luangkan waktu untuk merawat dan memanjakan diri. Misalnya berolahraga, membaca buku, menonton tayangan favorit, atau sekedar menghabiskan waktu di tempat yang tenang. “Intinya mebersihkan pikiran dari keruwetan sehari-hari,” kata Goldberg.

 

 

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro