Penyakit kronis yang satu ini belum begitu akrab di telinga awam. Sebanyak 80% penderitanya adalah perempuan. Apa saja gejala-gejalanya?
Tuhan menciptakan tubuh manusia dengan sistem kekebalan yang bertugas melawan infeksi dan penyakit. Pada orang dengan penyakit autoimun, sistem imun itu mengalami error dan malah berbalik menyerang tubuh dan menimbulkan penyakit yang disebut penyakit autoimun.
Menurut dr. Andini S. Natasari, M.Res Immunobiology, Founder & Chairman Autoimun Indonesia, “Penyakit autoimun bisa menyerang siapa saja dari segala usia, namun 80% di antaranya perempuan. Kebanyakan yang terkena usia produktif sekitar 20 tahunan dan usia di atas 50 tahun, yakni usia menopause.”
Baca juga: 8 Fakta Tentang Obesitas
Penyebab penyakit kronis yang satu ini belum jelas, bisa karena faktor genetik yang bukan turunan, infeksi bakteri dan virus, atau paparan bahan kimia tertentu. Gejalanya pun sangat bervariasi tergantung faktor penyebabnya, misalnya nyeri sendi kronis, sering sariawan, rambut rontok, kelainan kulit yang sulit sembuh, lelah berlebihan tanpa sebab (fatigue), brain fog (mudah lupa), dan lain-lain.
Penyakit autoimun ada sekitar 80 jenis, yang paling dikenal adalah Lupus dan Rheumatoid Arthritis alias rematik sendiri. “Penyakit autoimun masih belum begitu banyak dikenal, apalagi di daerah-daerah yang akses ke pelayanan kesehatannya masih sulit,” lanjut Andini saat acara Autoimmune Awareness di Festival Lokal Untuk Lokal di Jakarta, Jumat (28/2).
Sementara menurut dr. Sandra Sinthya Langow, Sp.PD-KR, dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Reumatologi, ada 2 kelompok besar penyakit autoimun, yakni penyakit autoimun organ spesifik dan penyakit autoimun sistemik. Penyakit autoimun organ spesifik hanya mengenai satu organ tubuh, misalnya vitiligo yang mengenai kulit. Sementara penyakit autoimun sistemik bisa mengenai seluruh organ tubuh, misalnya Rheumatoid Arthritis.
Hingga saat ini, penyakit ini belum bisa disembuhkan dan hanya bisa dikendalikan dengan obat-obatan untuk mencapai status remisi atau kondisi penyakit tidak aktif. Beberapa treatment yang juga bisa dilakukan antara lain mengubah pola hidup, mengetahui batasan tubuh, yoga, juga melakukan manajemen stes. “Karena penyakit ini bisa on lagi hanya karena stres, misalnya kehilangan anggota keluarga. Yang penting, penyandang penyakit ini harus bersabar dan berdamai dengan penyakit.”