We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.
Franklin D. Roosevelt

Anak Lelet? Begini Yang Harus Dilakukan Orangtua

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 8 Maret 2019 | 10:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 

“Duh, anakku lelet banget, deh. Setiap pagi harus diingatkan untuk mandi, gosok gigi, tapi males-malesan..” Keluhan-keluhan semacam itu pasti sering terdengar dari mulut para ibu dan membuat kesal. Nah, apa yang harus dilakukan jika anak bertingkah seperti ini?   

 

Malas-malasan atau lelet sebetulnya bukan perilaku normal seorang anak. Anak menjadi malas-malasan dari belajar. Mereka sebetulnya tahu bahwa mereka harus mengerjakan tugas-tugas yang diminta orangtua, tetapi tidak melakukannya karena justru ketika ia malas-malasan itulah, ia menjadi perhatian orangtua. Anak juga merasa bisa mengontrol orangtua, misalnya di pagi hari ketika bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Orangtua bisa mengatasi ini dengan mengubah respons setiap kali anak bermalas-malasan. Biasanya, orangtua menjadi panik ketika anak tak juga siap berangkat ke sekolah karena mereka juga diburu-buru waktu. Apalagi jika orangtua bekerja sehingga harus juga menyiapkan diri untuk berangkat ke kantor. 

Baca juga: Video Parenting Case: Ini Solusi Dari Pakar Jika Anak Kurang Pede di Sekolah

Untuk anak yang sudah sekolah, orangtua bisa mengajaknya berbicara, termasuk apa saja tugas yang harus mulai mereka kerjakan sendiri. Katakan bahwa jika ia tetap bermalas-malasan, yang rugi bukan hanya dia tetapi juga orangtua dan anggota keluarga lain. Bunda jadi terlambat datang ke kantor, misalnya.

Setelah itu lakukan perubahan. Misalnya tak perlu mengingatkan atau meminta anak menggosok gigi atau menyiapkan perlengkapan sekolah. Biarkan anak melakukan sendiri tuas-tugas tersebut tanpa harus diingatkan. Tentukan di awal bahwa setiap pagi ia harus menyiapkan segala keperluannya, termasuk mandi, gosok gigi, dan menyiapkan perlengkapan sekolahnya sesuai waktu.

| SHUTTERSTOCK
Jika anak berangkat ke sekolah memakai jemputan, pastikan ia naik jemputan tepat begitu mobil jemputan datang. Jika anak telat dan terpaksa harus ditinggal oleh mobil jemputan, biarkan ia stay di rumah tanpa mainan atau gadget seharian. Lama-lama anak akan belajar bahwa ia tak bisa lagi bermalas-malasan karena tahu ada konsekuensinya.

Tentu saja orangtua bisa mencari bentuk konsekuensi lain yang lebih kreatif. Yang penting, orangtua harus konsisten menerapkan konsekuensi jika anak masih lelet. Jangan lupa, selalu ingatkan anak mengenai konsekuensi tersebut. 

Di sisi lain, jika anak melakukan semua tugasnya sesuai dengan harapan orangtua tanpa harus diingatkan, beri mereka rewards. Katakan bahwa Bunda bangga pada apa yang sudah ia lakukan, bangga pada tanggungjawabnya, bangga karena ia sudah mau membantu beres-beres rumah, dan sebagainya.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro