To her, the name of father was another name for love.
Fanny Fern

Test Pack

author
Sundari Hana Respati
Minggu, 10 Maret 2019 | 20:00 WIB
SHUTTERSTOCK |

Halo pengantin baru! Sebagai pengantin baru yang sedang dalam masa penantian yang disetok di rumah bukan hanya bahan makanan, tapi juga test pack. Ya, disetok alias beli lebih dari satu untuk jaga-jaga.

Test pack adalah alat uji kehamilan berbentuk stik yang dirancang untuk mengetahui apakah urine yang dijadikan sampel mengandung hormone HCG yaitu hormon yang diproduksi setelah sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim. Kenapa aku harus memaparkan apa itu test pack, bukankan semua orang di dunia ini tahu test pack itu apa? Eits, jangan salah. Ada lho yang nggak tahu test pack itu apa. Salah satunya adalah…suamiku (tepok jidat).

Di saat aku mengira semua makhluk di muka bumi, apalagi pengantin baru, apalagi habis booming video Tasya-Randy atau Raisa-Hamish di Instagram yang memberi kabar bahagia  tentang kehamilan mereka dengan menunjukkan hasil positif pada test packnya, ternyata nih satu makhluk yang berdiri di sampingku masih belum tahu ada alat uji kehamilan yang bernama test pack. Entah karena beliau merasa itu bukan hal yang penting atau karena kelamaan kerja di lapangan dan ngobrolnya sama eskavator.

Beberapa bulan setelah menikah, aku mengajak suamiku untuk mampir ke sebuah apotek untuk beli test pack.

“Mas, mampir bentar ya. Beli test pack.”kataku.

“Apa itu?”tanya suamiku santai. Oh, mungkin maksudnya beliau mau aku mengulang kata-kataku karena kurang jelas, jadi aku ulangi lagi. “Beli test pack, Mas.”

“Apa itu test pack?” tanyanya lagi. Aku langsung menoleh ke arah beliau.

“Test pack. Buat uji kehamilan itu lho…,” kataku, masih santai.

“Nggak usahlah. Buat apa?” katanya. Aku yang tadinya sekadar menoleh sekarang jadi mengarahkan badanku ke arahnya.

“Ya buat ngeteslah, hamil apa enggak gitu. Kalau nggak pake test pack gimana coba tahunya?” aku mulai ngegas. Tebak suamiku bilang apa…

“Ya, kan nanti ketauan sendiri. Muntah-muntah, kan?” katanya dengan muka polos.

Aku melirik sinis.

“Mampir. Pokoknya mampir apotek!”

Aku nggak tahu lagi nih, harus emosi atau harus ketawa dengan kepolosan beliau. Aku paham sekarang. Suamiku bukan kelamaan berhadapan dengan eskavator di lapangan, tapi korban sinetron abal-abal.

 

 

Sundari Hana Respati

IG @sundarihana

Blogger kelahiran Duri, 6 September 1992 yang menikmati kehidupan sebagai ibu rumah tangga baru. Selain aktif menulis di blog dan media sosial, lulusan S1 Gizi Kesehatan UGM ini sangat hobi nonton drama Korea.

 

 

 

 

Penulis Sundari Hana Respati
Editor Ratih Sukma Pertiwi