There is no such thing as a perfect parent. So just be a real one.
Sue Atkins

3 Hal Ini Harus Diperhatikan Entrepreneur Milenial Sebelum Membangun Bisnis

author
Hasto Prianggoro
Sabtu, 9 Maret 2019 | 18:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Membangun bisnis jelas bukan hal mudah. Apalagi bagi generasi milenial yang belum punya pengalaman berbisnis sebelumnya.

 

Fakta menunjukkan, generasi milenial memiliki passion terjun ke bisnis melebihi generasi-generasi sebelumnya. Laporan BNP Paribas tahun 2016 menyebut entreprenur milenial berusia di bawah 35 tahun rata-rata membangun 7.7 bisnis baru, dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang hanya membangun 3.5 bisnis, dimulai sejak era generasi baby boomers.

Milenial mana yang paling bersemangat membangun bisnis? Di urutan teratas ada milenial Jerman (63,4%). Jerman sendiri menjadi negara ketiga yang paling menarik untuk berbisnis setelah AS dan Cina.

Alasan generasi milenial tertarik menjadi entrepreneur berbeda-beda. Sebagian karena kecewa terhadap gaji yang mereka peroleh sebagai karyawan, sebagian lain frustrasi karena kurangnya inovasi pada industri, dan sebagian lainnya karena melihat ada masalah yang harus dicarikan solusinya. Dengan membangun bisnis, mereka bisa menawarkan ide dan solusi kepada dunia.

Baca juga:  7 Kebiasaan Milyuner Yang Patut Dicontoh

Tentu saja membangun bisnis tidak semudah menuang air ke dalam cangkir. Calon pebisnis harus tahu apa saja yang patut diperhatikan sebelum memulai bisnis, termasuk 3 hal di bawah ini:

1. Dana melebihi hitungan awal

ResolutionFoundation.orgmengungkap fakta bahwa memasuki usia 30 tahun, pekerja milenial ternyata tak mengalami kenaikan gaji signifikan seperti yang dialami generasi X sebelumnya. Itu sebabnya mereka memutuskan mulai membuka usaha sendiri dengan modal yang mereka kumpulkan atau lewat metode crowdfunding, maupun yang lebih konvensional seperti pinjaman bank maupun bantuan orangtua.

Yang harus dipahami, membangun bisnis ternyata butuh modal lebih dari yang diperkirakan. Ada banyak hal yang harus dimasukkan ke dalam anggaran, termasuk hal-hal kecil seperti biaya listrik atau langganan internet, jika yang digeluti adalah bisnis sewa akomodasi seperti Airbnb. Jadi, pastikan semua elemen sudah dimasukkan ke dalam anggaran agar perhitungan pemasukan dan pengeluaran tidak jauh meleset dari rencana awal. 

|
2. Membuat keputusan sulit

Menjalankan bisnis, apalagi sebagai pemilik, juga berarti membuat berbagai keputusan penting. Seiring perkembangan usaha, pemilik bisa mendelegasikan beberapa tugas kepada staf, tetapi tetap saja berbagai keputusan besar menjadi tanggung jawab pemilik. Misalnya rekrutmen dan pemberhentian karyawan, kenaikan gaji, menjalin kerjasama dengan pihak lain, dan sebagainya.

AmericanExpress.commemberikan tips bagi entrepreneur pemula yang masih suka ragu-ragu membuat keputusan penting. Misalnya, sebelum memutuskan sesuatu, cari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang dihadapi dan cara penyelesaiannya. Ambil cara penyelesaian yang paling sesuai dan masuk akal, kombinasikan dengan perspektif sendiri. Jangan mengambil keputusan di menit-menit terakhir karena ini bukan ulangan sekolah yang bisa diburu-buru waktu.

3. Jangan malas belajar

Memulai bisnis berarti ada banyak hal baru yang harus dipelajari, apalagi jika belum pernah membuka bisnis sebelumnya. Bisnis juga berarti jatuh lalu bangkit dan sukses. Ibaratnya sekolah, pebisnis baru juga harus siap dengan catatan dan corat-coret tentang perkembangan bisnis, catatan kinerja karyawan, cashflow, strategi marketing, dan sebagainya. Intinya, jangan malas belajar dan membuka diri.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro