Being a parent has made me more open, more connected to myself, more happy, and more creative. I’m more discerning in what I do and how I do it. It’s just made me a better person all the way around.
Alicia Keys

Anak Suka Mengisap Jempol? Normal Kok, Asal…

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 13 Maret 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 

Apakah si Kecil suka memukul temannya, suka melempar-lemparkan benda ketika kesal, atau menangis menjerit-jerit, bisa jadi itu normal tapi bisa juga tidak. Orang tua sebaiknya tahu mana perilaku atau kebiasaan anak yang normal dan mana yang tidak normal. Berikut 7 kebiasaan yang muncul pada anak-anak batita.

 

1. Menggigit, menendang, mendorong

Anak-anak akan menggigit, menendang dan mendorong temannya karena berbagai alasan. Mereka belum bisa mengontrol emosi mereka. Anak bisa jadi pengin tahu teman mereka dan hanya sekadar menorong tanpa bermaksud lain. Sebaiknya orang tua tidak memarahi anak tetapi membantu menghentikan perialunya tersebut. Tak ada salahnya berkonsultasi dengan ahli jika anak terus saja melakukannya.

2. Mengisap Jempol 

Anak batita mengisap jempol sebagai cara untuk membuat diri mereka nyaman. Perilaku atau kebiasaan ini juga membantu anak untuk belajar mengelola emosinya. Selama anak tumbuh dan berkembang normal dan kemampuan bicara maupun interaksi dengan anak lain tidak terhambat, orang tua tak perlu khawatir. Kebiasaan ini biasanya akan berlalu seiring bertambahnya usia anak.

Baca juga: Anak Lelet? Begini Yang Harus Dilakukan Orangtua

3. Ngempeng

Seperti halnya mengisap jempol, ngempeng juga membantu anak merasa tenang. Tapi, berbeda dengan mengisap jempol, orang tua bisa mengambil empeng dari mulut anak jika anak terlalu tergantung atau jika kebiasaan ngempeng ini sampai mengganggu perkembangan bahasanya. Orang tua bisa membatasi kebiasaan ngempeng dengan membuat jadwal kapan anak boleh ngempeng, misalnya sebelum tidur. 

4. Headbanging

Anak batita mengeksplorasi dunianya dengan cara yang sangat mengandalkan fisik. Pada saat yang sama mereka juga merasakan pengalaman emosi baru seperti marah dan frustrasi. Terkadang, jika mereka tak mampu mengatasi emosi, mereka akan menggerak-gerakkan kepala dengan kencang (headbanging).

Perilaku ini masih normal meskipun sering membuat orang tua waswas. Orang tua harus belajar mengenali emosi yang menyertai kebiasaan ini sekaligus membantu anak untuk mengekspresikan emosinya secara verbal. Jika tak ada emosi yang menyertai perilaku head banging dan anak terus saja melakukannya, sebaiknya berkonsultasi kepada ahli.

5. Melempar benda

Anak-anak memang suka melempar-lemparkan benda. Jika yang dilempar adalah makanan, biasanya anak ingin mengatakan bahwa dia sudah kenyang dan bosan makan. Tak perlu mengoreksi perilaku anak, cukup hentikan aktivitas makan anak.

Jika anak melempar benda-benda lain, kemungkinan anak tengah belajar mengenal ruang dan jarak. Biarkan anak melakukannya, tetapi beri anak benda yang lembut supaya tidak melukai orang lain atau merusak benda lain.

| SHUTTERSTOCK
6. Tantrum

Tantrum seringkali menjadi satu-satunya cara anak melampiaskan emosi ketika ia marah atau frustrasi. Biarkan anak melalui tantrumnya. Ketika berakhir, peluk dan beritahu anak bahwa orang tua menyayanginya.

Yang penting dari tantrum adalah bagaimana memperbaikinya. Jika anak terlalu sering tantrum atau perilakunya tak juga membaik, bicarakan dengan ahli.

7. Masturbasi

Anak batita akan menyentuh bagian tubuh mereka, termasuk area genital, arena rasa ingin tahu dan karena membuat mereka merasa enak. Mereka juga mulai memahami tubuhya berbeda dengan tubuh teman yang berbeda awan jenisnya. Masturbasi pada anak batita bukan hal yang perlu dikhawatirkan karena justru akan membuat anak bertanya-tanya dan mengulang-ulang perilaku tersebut.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro