Hari-hari belakangan ini sebagian wilayah Indonesia (dan juga dunia) sedang dilanda berbagai bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan yang baru saja lewat beberapa bulan lalu adalah bencana tsunami.
Anak-anak batita umumnya masih belum paham arti bencana alam dan bagaimana menghadapinya. Namun, mengalami, dan bahkan hanya dari menyaksikan beritanya di TV, sudah bisa membuat anak ketakutan dan trauma.
Anak-anak belajar merepons kejadian di sekitarnya dengan melihat dan meniru perilaku dan tindakan yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Termasuk ketika melihat dan mengalami bencana alam, banjir misalnya. Jadi, apa yang bisa dilakukan orangtua untuk menenangkan dan membuat anak aman ketika bencana alam datang?
1. Jelaskan dengan bahasa sederhana
Anak-anak bisa jadi bingung saat melihat atau menghadapi bencana alam. Orangtua sebaiknya menjelaskan dengan bahasa sederhana apa itu bencana alam dan bagaimana harus menghadapinya (ini dilakukan jika anak tinggal di daerah rawan bencana, banjir atau longsor misalnya).
2. Sebaiknya tetap tenang
Anak-anak akan merasakan emosi dari orang-orang di sekitarnya. Jika orangtua panik, anak pun akan ikut-ikutan panik dan menangis ketakutan. Orangtua sebaiknya bersikap tenang dan meyakinkan anak bahwa anak akan aman bersamanya.
Baca juga: Anak Suka Mengisap Jempol? Normal Kok, Asal…
3. Pastikan informasi
Jika anak tinggal di daerah rawan bencana, pastikan orangtua menerima informasi tentang kemungkinan dan perkembangan bencana dari institusi yang berwenang. Ini untuk meyakinkan bahwa semuanya akan aman-aman saja sehingga orangtua pun bisa menunjukkan kepada anak bahwa segalanya akan baik-baik saja.
4.Siapkan segala sesuatu
Siapkan segala keperluan seandainya bencana alam, seperti banjir, datang melanda ilayah hunian. Melibatkan anak untuk menyiapkan keperluan seandainya terpaksa harus mengungsi juga bisa membantu meredakan ketakutannya.
Jika anak terlihat cemas atau takut, misalnya saat menyaksikan bencana alam yang melanda satu wilayah di TV, alihkan perhatiannya dan jauhkan gadget atau TV dari pandangan mata anak. Ajak anak bicara tentang apa yang ia rasakan setelah melihat, atau bahkan mengalami, bencana alam banjir misalnya. Jika anak belum mau berbicara, hentikan obrolan dan tunggu sampai anak siap.
6. Anak jadi trauma
Perhatikan dan cermati apakah ada tanda-tanda anak stres, berubah perangainya, tak mau ditinggal, atau mengalami mimpi buruk paskabencana. Kondisi ini wajar pada anak yang baru saja mengalami kejadian traumatis, namun ada baiknya berkonsultasi ke dokter atau profesional agar bisa dicarikan solusinya.