Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Jangan Mengumbar Amarah Ke Anak, Ini 5 Alasannya

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 20 Maret 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 

Perilaku anak tak jarang membuat orangtua tak sabar dan naik pitam. Tetapi, sekesal apapun orangtua, sebaiknya tidak mengumbar kemarahan, apalagi melakukan tindakan fisik ke anak. 

 

Bayangkan, istri atau suami marah dan berteriak-teriak di depan kita. Lalu, bayangkan figur yang 3 kali lebih besar dan lebih tinggi dari kita, berdiri di depan kita dan membentak-bentak. Padahal, kita sangat bergantung pada orang tersebut, baik soal makan, tempat tinggal, keamanan, perlindungan, dan lain-lain. Orang itu juga satu-satunya yang memberi kita kasih sayang, rasa percaya diri, dan informasi yang sangat kita butuhkan. Kira-kira itu yang ada di benak anak ketika orangtua memarahinya. 

Orangtua sebaiknya tidak mengumbar amarah di hadapan anak karena bisa berdampak negatif. Jika emosi mulai naik, coba lakukan hal-hal berikut ini untuk mencegah amarah memuncak.   

 

1. Jelaskan situasinya

Begitu kemarahan terpicu, saatnya kita untuk melakukan sesuatu. Misalnya kita marah karena capek sepulang kerja langsung disambut tangisan anak, cukup jelaskan ke anak bahwa kita sedang capek dan minta anak untuk tidak rewel.  

2. Berlatih meditasi

Begitu kemarahan mulai terpicu, segera redakan. Selama kita masih sadar bahwa kemarahan tak harus ditunjukkan ke anak, kita bisa mengontrol kemarahan tersebut. Hentikan sejenak aktivitas,  lalu tarik napas dalam-dalam, pikirkan apakah kita akan membuat anak ketakutan atau sebaliknya. Selain itu, luangkan waktu 15-30 menit setiap hari, misalnya setelah anak-anak berangkat sekolah, untuk melatih pernapasan atau bermeditasi supaya lebih mudah mengelola emosi. 

Baca juga: Jangan Lakukan 6 Hal Ini Usai Bertengkar

3. Introspeksi

Kemarahan, sama seperti perasaan atau emosi lain, merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa, sama seperti tangan dan kaki yang diberikan ke kita. Tanggungjawab kiita adalah apa yang mau kita lakukan dengan anugerah-anugerah tersebut. Cara konstruktif untuk menghandel kemarahan adalah dengan membatasi mengekspresikan kemarahan tersebut di muka anak atau orang lain. Setelah emosi mereda, tanyakan pada diri sendiri apa yang membuat kita marah dan apa yang harus dilakukan untuk mengubahnya.

| SHUTTERSTOCK
4. Jangan umbar kemarahan

Saran yang sering kita dengar saat kecewa, marah, atau frusrtrasi adalah, “Keluarkan semua amarahmu, semua emosimu!” Tetapi, penelitian menunjukkan bahwa mengekspresikan kemarahan justru akan membuat kita makin emosi. Akibatnya, orang lain akan sakit hati atau takut sehingga malah makin kesal. Hasilnya, tak ada solusi.

5. Dampak negatif bagi anak

Menurut Journal of Psychopathology, 85% remaja mengaku pernah dipukul oleh orangtua mereka. Studi-studi lain membuktikan bahwa memukul dan hukuman fisik lain memiliiki dampak negatif bagi perkembangan anak seumur hidupnya. Memukul atau memberi hukuman fisik memang akan membuat kita merasa lebih baik, tetapi itu cuma sekejap. Sementara bagi anak, ini akan mensabotase semua hal positif yang pernah kita beri dan lakukan padanya. 

Memukul anak ternyata juga bisa membuat orangua ketagihan karena dengan itu orangtua selama beberapa saat merasa lebih baik. Ada banyak cara, kok, untuk membuat kita merasa lebih baik tanpa menyakiti anak.  

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro