What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

Marah-Marah Di Depan Anak? Ini Yang Sebaiknya Dilakukan Setelahnya

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 22 Maret 2019 | 10:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 

Menjadi orangtua semestinya bisa bersikap bijak dan tak mudah tersulut emosi, baik di depan anak maupun saat menghadapi anak sendiri. Toh, terkadang orangtua tak bisa menahan emosi dan marah-marah di depan anak. Penyebabnya bisa bemacam-macam, mulai dari kurang tidur, stres karena pekerjaan di kantor, atau masalah lain. 

Kemarahan orangtua bisa membuat anak takut dan juga bingung, apalagi jika menimpa anak-anak usia batita. Riset menemukan bahwa anak yang stres akibat dimarahi orangtua atau meihat orangtuanya marah-marah, bisa terganggu sosialisasinya, tak stabil emosinya, cemas, dan juga tak percaya diri. 

Nah, bagaimana memperbaiki dampak yang mungkin terjadi pada anak setelah melihat orangtuanya marah-marah? Tips berikut bisa membantu anak mengatasi pengalaman “menakutkan” yang mereka lihat atau alami sendiri. Yang jelas, berpura-pura tidak terjadi apa-apa bukanlah sousi yang tepat. 

Baca juga: Jangan Lakukan 6 Hal Ini Usai Bertengkar

1. Tenangkan diri lebih dulu

Sebelum memulihkan mental anak yang mungkin ketakutan melihat orangtuanya marah-marah, orangtua sebaiknya menenangkan diri lebih dulu setenang-tenangnya dan mengembalikan emosinya. Kita tak bisa membantu anak selama masih dalam kondisi marah atau dalam proses menenangkan diri. Sama seperti aturan keselamatan penerbangan, gunakan oksigen lebih dulu sebelum membantu penumpang lain.

2. Posisikan diri di posisi anak

Bayangkan jika kita ada di posisi anak; orangtua adalah sosok yang tinggi besar, kuat, bersuara kencang. Kira-kira apa yang ada di benak anak ketika sosok itu meluapkan emosi di depan mereka. Ingat-ingat ini ketika emosi terasa mulai naik.

| SHUTTERSTOCK
3. Mulai lakukan pendekatan 

Setelah emosi kembali stabil dan bisa membayangkan apa yang ada di benak anak, orangtua bisa mulai melakukan pendekatan dan mencoba mengembalikan mental anak. Ajak anak atau pangku anak di tempat yang nyaman. Jika anak masih terlihat cemas dan enggan mendekat, biarkan saja. Tunggu sampai anak terlihat siap. 

Setelah anak siap, orangtua bisa berbagi  perasaan dan emosinya ke anak. Misalnya, “Maafkan Ayah, ya, tadi berteriak-teriak..” Tanyakan ke anak apa yang sebaiknya dilakukan agar tak membuatnya ketakutan lagi.

4. Kembalikan hubungan

Setelah anak kembali tenang, orangtua bisa melakukan interaksi untuk lebih mendekatkan hubungan. Misalnya mengajak anak jalan-jalan, makan makanan kesukaan, membeli mainan, dan sebagainya. Ingat, orangtua adalah sosok yang sangat dibutuhkan anak. Ketika orangtua marah, anak akan khawatir karena merasa sosok yang ia butuhkan menjadi sosok yang menakutkan.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro