Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

7 Tips Menghadapi “The Terrible Two”

author
Hasto Prianggoro
Kamis, 28 Maret 2019 | 14:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Memasuki usia 2 tahun, anak memasuki fase yang disebut “the terrible two.” Di fase ini anak sering menunjukkan perilaku membantah, mood swing, atau tantrum.

Ini normal karena begitulah cara mereka mengekspresikan emosi atau rasa kesal karena tak bisa menyampaikan apa yang mereka mau secara verbal. Terkadang, perilaku anak ini membuat orang tua jadi kesal dan marah. Bagaimana mengatasinya?

1. Abaikan saja

Meski kelihatannya konyol, salah satu kunci merespons ulah anak adalah dengan bersikap cuek. Biarkan anak tahu bahwa orang tua cuek karena perilaku yang ia tunjukkan bukanlah cara yang tepat untuk mendapatkan perhatian orang tua. 

Beri tahu anak bahwa mereka harus bilang jika ingin sesuatu. Jika kosa kata belum banyak, ajarkan kata-kata seperti, “Aku mau,” “sakit,” “minum,” “capek,” dan sebagainya. 

2. Tinggalkan

Jika kita merasa mulai kesal oleh ulah anak, sebaiknya tinggalkan dia. Ambil napas. Ingat, tak ada anak yang bertingkah jelek untuk membuat orang tuanya kesal. Mereka kesal karena tak bisa menyampaikan apa yang mereka maksud atau inginkan. 

| SHUTTERSTOCK
3. Bantu dan jelaskan

Anak mencoba mengambil sesuatu dari lemari pendingin tetapi yang terjadi justru barang dan makanan di dalamnya berantakan.

Kita bisa mengambilkan barang yang dimaksud lalu jelaskan bahwa jika dia menginginkan sesuatu, sebaiknya minta tolong. 

4. Alihkan perhatian

Sebagai orang tua, kita memiliki insting untuk menjauhkan anak dari bahaya yang mungkin menimpa. Tetapi seringkali anak justru menangis dan tantrum.

Untuk mengatasinya, coba alihkan perhatian anak. Panggil anak lalu beri mereka benda atau mainan lain yang lebih aman. Ini akan membuat anak teralihkan.

Baca juga: 3 Jebakan Parenting Yang Wajib Dihindari Orang Tua

5. Cobalah di posisi anak

Orang tua seringkali kesal dan marah ketika anak membuat semuanya jadi berantakan. Sebelum meluapkan amarah, cobalah menempatkan diri kita di posisi anak. Bagi anak, aktivitas-aktivitas tadi menyenangkan dan membuat mereka bisa belajar dan menemukan hal-hal baru di sekitar mereka.

Jangan langsung menjauhkan anak dari aktivitas yang sedang mereka lakukan karena bisa membuat anak tantrum. Tunggu beberapa saat. Beberapa saat kemudian anak bisa jadi sudah asyik dengan hal-hal lain.

Atau orang tua bisa sekalian ikut dalam aktivtas anak, misalnya menggambar, bermain bola, dan sebagainya.

6. Beri aturan dan batasan

Orang tua bisa menerapkan batasan dan aturan. Misalnya anak suka menggambar di dinding, menyakiti kucing peliharaan, dan sebagainya. Jelaskan pada anak apa konsekuensi dari tindakannya.

Misalnya dinding jadi kotor atau kucing jadi kesakitan. Jauhkan juga benda-benda yang berpotensi melukai anak seperti gunting, pisau, korek api, dan sebagainya.

7. Time out

Jika anak terus saja tantrum, orang tua bisa menerapkan time out. Lama time out disesuaikan dengan usia anak, misalnya satu menit untuk setiap satu tahun usia.

Jangan hiraukan anak saat ia menjalani time out, sampai waktu habis.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro