Millennias kill everything. Kalimat ini bisa dengan mudah ditemukan melalui mesin pencari Google. Berbagai tautan artikel menunjukkan banyaknya hal yang “dibunuh” oleh generasi milenial, mulai dari gaya makan, gaya bersosialisasi, gaya berpakaian, permainan anak tradisional, dan lain-lain. Generasi milenial sendiri hadir ditandai oleh ciri-ciri seperti mudah bosan, gadget freak, suka yang serba instan, kritis terhadap fenomena sosial, penganut sedentary life alias malas bergerak, dan lain-lain.
Padahal, agar bisa tumbuh dan berkembang secara ideal, seorang anak harus aktif dan menguasai social skill yang salah satunya bisa diperoleh dari permainan tradisional. Permainan tradisional sendiri memang memiliki kelebihan dibandingkan permainan modern. Selain menuntut pemain untuk aktif bergerak, permainan tradisional juga merangsang kemampuan kognitif dan imajinatif anak.
1. Petak umpet
Biasanya diikuti oleh lebih dari 2 anak. Yang satu menjadi penjaga homebase, satunya lagi harus bersembunyi dan kembali ke homebase lebih cepat dari si penjaga. Permainan ini memiliki manfaat antara lain untuk melatih fokus anak, meningkatkan kemampuan fisik karena mengharuskan pesertanya untuk berlari kembali ke homebase. Petak umpet juga melatih anak untuk jangan cepat menyerah dan mencari cara lain untuk mencapai tujuannya, yakni tercepat kembali ke homebase.
Selain melatih motorik halus karena harus menggenggam biji congklak yang relatif kecil, congklak juga mengajarkan kejujuran, kemampuan berhitung, serta taat pada aturan karena anak harus mau bermain bergiliran.
3. Gobak sodor
Permainan yang satu ini membutuhkan kekompakan karena sifatnya permainan kolektif. Gobak sodor diikuti 2 kelompok, masing-masing kelompok berisikan minimal 3 orang. Tujuan permainan ini adalah merebut daerah lawan. Gobak sodor mempunyai banyak aspek positif di antaranya melatih kemampuan fisik karena harus terus bergerak menembus maupun mempertahankan daerah, kerjasama, kecepatan, dan insting.
Egrang merupakan alat permainan yang terbuat dari bambu. Panjang bambu disesuaikan dengan kebutuhan. Di bagian bawah egrang, terdapat pijakan yang juga terbuat dari bambu untuk pijakan kaki. Pemain harus bisa menjalankan dua egrang (kaki kiri dna kanan) menuju garis akhir yang ditentukan. Egrang bisa dimainkan sendiri maupun ramai-ramai. Banyak manfaat positif dari permainan ini seperti melatih ketekunan karena tak mudah bisa naik dan menjalankan egrang, menjaga keseimbangan, fokus dan semangat unuk berkompetisi.
4. Engklek
Minimal diikuti 2 orang, tujuan permainan ini adalah berhasil melalui jalur (biasanya berupa kotak-kotak atau setengah lingkaran yang digambar di atas lantai atau tanah) dan kembali ke titik awal. Peserta harus melakukannya dengan engklek (berjalan dengan satu kaki) setelah sebelumnya berhasil melempar koin (terbuat dari pecahan geteng atau keramik) ke kotak tertentu. Jika lemparan meleset, maka giliran akan jatuh ke peserta berikutnya. Permainan ini melatih konsentrasi, keseimbangan, dan juga ketangkasan.
Permainan ini bisa dilakukan sendiri maupun dengan banyak pemain. Tujuan permainan ini adalah berhasil menangkap bola karet yang dipantulkan seraya mengambil biji bekel secara bersamaan. Jumlah biji bekel semakin lama semakin meningkat. Jika gagal, giliran berpindah ke pemain lainnya. Permainan ini mengajak pemain untuk berkonsentrasi, melatih keterampilan motorik halus, taat pada aturan, dan berhitung.