Too much love never spoils children. Children become spoiled when we substitute presents for presence.
Anthony Withman

TEMAN BICARA (2)

author
Sundari Hana Respati
Rabu, 3 April 2019 | 08:00 WIB
Sundari Hana dan suami |

Setelah melewati masa-masa canggung dan merasa kesepian karena baru menikah dengan pria yang sedikit bicara, akhirnya kami berdua mulai akrab.

Aku bercerita tentang apa saja. Masakan yang aku buat hari itu, jemuran yang tidak kering karena mendung, rombongan induk ayam dan anaknya yang sempat masuk ke rumah dari pintu belakang. Semua aku ceritakan.

Herannya, suamiku yang seharian di luar rumah bertemu rekan kerja dan banyak manusia lainnya, tidak punya bahan untuk jadi cerita.

“Jadi, ada cerita apa hari ini?”tanyaku.

“Enggak ada,” katanya. Tentu saja aku terkejut, terheran-heran. Bagaimana bisa?

“Masa? Terus ngapain aja seharian?”pancingku lagi.

“Kerja,” jawabnya. Tentu saja aku tahu seharian ini ia bekerja, kan paginya pamitan, lengkap dengan seragam kerja, dan seharian aku pantau posisinya menggunakan location sharing di google map (ini agak lebay sih, hahaha)

“Maksudku, ada kejadian apa gitu? Yang seru? Yang lucu?”

“Hmm… apa ya… kalau kerja ya gitu-gitu aja,” katanya lagi.

Aku mulai menggaruk kepala. Bagaimana bisa hidupku yang seharian di rumah dan sendirian ini lebih berwarna dibanding suamiku yang seharian di luar sana.

Baca juga: TEMAN BICARA (1)

Aku mulai cemberut.

“Mas enggak seru. Jawabnya gitu-gitu aja. Kan aku pengen ngobrol, seharian enggak punya temen ngobrol.” Karena sudah mulai akrab, aku agak ‘nglunjak’, apa-apa sekarang diungkapkan.

Suamiku tertawa, “Ya mau gimana? Masa mas ceritain kerjaan mas di kantor? Nanti kamu ikut pusing. Kan kasian. Udah, biar mas aja yang pusing.”

Oh, iya juga ya. Ada dua kemungkinan sih, pusing karena ngerti atau pusing karena enggak ngerti sama sekali. Tapi sama-sama pusing.

Awalnya aku merasa suamiku tidak pengertian, tidak memikirkan aku yang seharian di rumah sendirian.  Tapi setelah aku pikir lagi, di sini yang jadi pengantin baru bukan hanya aku. Bukan hanya aku yang kehidupannya jungkir balik, dari yang sebelumnya selalu ada teman ngobrol (ngerumpi bareng temen maksudnya, hehe), sekarang jadi sendirian di rumah. Suamiku juga pengantin baru. Biasanya pulang kerja langsung istirahat tanpa ada yang mengganggu, sekarang ada yang menuntut untuk didengarkan.

Awal perjalanan tak selalu lancar, mungkin nanti juga akan bertemu tantangan-tantangan. Masih banyak ilmu dan nasihat yang perlu kami jadikan bekal.

Tak hanya dalam pernikahan, tapi juga semoga dalam kehidupan ini kita tak sekedar menikmati perjalanan, tapi juga dapat mengambil pelajaran sehingga tak sia-sia waktu yang hanya sementara ini.

Tentu saja, sesama pengantin baru harus kuat dan saling menguatkan. Semangat untuk terus belajar ya teman-teman!

 

Penulis Sundari Hana Respati
Editor Ratih Sukma Pertiwi