Banyak anak yang kesulitan mengelola emosi mereka. Tantrum, berteriak, merengek, membantah, atau berselisih dengan temannya adalah contoh perilaku anak ketika mereka tak mampu mengontrol emosi. Padahal, bersikap tenang sebetulnya bisa diajarkan ke anak, lo.
1. Berpikir rasional
Ketika anak terganggu perasaan maupun emosinya, artinya bagian otak yang mengatur emosi tidak memberikan informasi yang tepat kepada sisi rasionalnya. Mengajak anak berbicara bukan penyelesaian yang efektif. Sebaiknya tunggu beberapa saat sampai anak kembali berpikir rasional.
2. Perhatikan dan kenali emosi
Orangtua bisa membantu anak memahami bagaimana emosi mereka bekerja. Anak tidak begitu saja menangis dan berguling-guing di lantai. Emosi seperti ini dibangun seiring waktu, seperti ombak. Anak-anak bisa belajar mengontrol dengan memperhatikan dan mengenali perasaan mereka sebelum ombak menjadi terlalu besar untuk ditangani. Mengenali dan menerima ini merupakan pondasi untuk mengelola emosi.
Baca juga: Anak Suka Mengemut Makanan? Bisa Jadi Ini Penyebabnya
3. Bantuan gambar
Untuk anak-anak yang lebih muda, orangtua bisa menggambarkan dan memberi contoh emosi-emosi dan bagaimana mengelolanya. Jika anak terlihat bingung dengan emosinya, tanyakan apa yang mereka rasakan, dan seberapa kesal atau bingung mereka. Orangtua bisa menggunakan bantuan gambar atau alat untuk menunjukkan jenis-jenis emosi.
4. Sikap menerima
Sikap menerima bisa membantu anak agar menjadi lebih tenang. Komunikasikan bahwa Bunda mengerti dan menerima perasaan mereka tanpa mencoba mengubah apa-apa. Perasaan bahwa dirinya dimengerti akan membantu anak melepaskan perasaan atau emosi-emosi mereka.
5. Cuekin saja
Orangtua bisa juga cuek terhadap perilaku negatif anak. Misalnya anak merengek, suka membantah, ngomong dengan bahasa tak pantas, atau marah. Bersikap cuek atau acuh bisa membantu mengurangi kemungkinan perilaku ini diulang anak. Contohnya, ketika anak berulah orangtua tidak mengalihkan pandangan ke anak dan tetap sibuk dengan aktivitasnya, atau ketika anak berulah dan encari perhatian, orangtua justru pergi meninggalkan anak.
6. Beri anak pilihan
Ketika anak tak bersemangat saat diminta mengerjakan hal-hal yang tak mereka sukai, berikan pilihan. Misalnya, “Masuk ke kamar tidur sekarang dan Bunda bercerita atau kamu mau main dulu tapi Bunda nggak akan cerita. Pilih yang mana?” Memberikan pilihan akan menghindari negosiasi yang bisa berujung munculnya emosi.