Bunda pasti sering melihat si Kecil memegang dan menarik-narik ekor kucing di rumah sambil tertawa-tawa senang, bukan? Sebetulnya, kenapa anak suka menyakiti atau menyiksa binatang?
Sejak tahun 1970-an, peneliti sudah mengingatkan bahwa kekerasan yang dilakukan anak terhadap binatang bisa jadi juga menunjukkan kemungkinan anak akan melakukan perilaku kekerasan maupun kriminal kelak saat dewasa. Faktanya, hampir semua pelaku kriminal memang memiliki sejarah kekerasan terhadap binatang.
Sebagian besar orangtua tentu cemas ketika melihat anaknya menyiksa binatang, seperti menarik kaki ataupun menaiki punggung binatang. Umumnya, anak-anak yang menyiksa atau menyakiti bitanang pernah punya pengalaman melihat atau mengalami aksi kekerasan sendiri. Statistik menunjukkan bahwa 30% anak-anak yang menyaksikan kekerasan domestik menunjukkan tingkah atau aksi kekerasan yang sama terhadap hewan peliharaan.
Baca juga: 6 Dampak Buruk Kekerasan Domestik Bagi Anak
Motivasi anak menyiksa atau menyakiti binatang memang masih terus diteliti, tetapi paling tidak ada beberapa alasan kenapa anak melakukannya?
1. Rasa ingin tahu atau anak tengah melakukan eksplorasi. Tak heran jika banyak hewan yang akhirnya terluka atau bahkan mati akibat siksaan anak. Pernah, kan kita lihat anak yang mematahan leher anak ayam?
2. Anak melakukannya karena tekanan dari teman-teman sepermainan. Misalnya anak melihat temannya menarik-narik kaki kucing lalu kemudian dia ikut-ikutan.
3. Untuk membuat dirinya nyaman. Menyakiti binatang bisa membuat anak merasa senang dan seolah punya mainan baru untuk melepas stres maupun ketegangan. Tak heran, anak terlihat tertawa-tawa saat menaiki punggung kucing.
4. Bisa jadi anak juga fobia terhadap binatang sehingga terdorong untuk menyiksa atau melakukan kekerasan terhadap binatang peliharaan.
5. Yang paling sering ditemukan adalah anak melakukan kekerasan atau menyiksa binatang karena meniru orang-orang di sekitarnya, terutama orang dewasa.