When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Ini, Lo, Developer Perempuan Tunarungu Pertama di Indonesia

author
Hasto Prianggoro
Sabtu, 20 April 2019 | 18:53 WIB
| Instagram @hastuwijaya

Kartini Milenial, mungkin itu julukan yang tepat bagi Hastu Wijayasri. Mahasiswi tunarungu yang satu ini membuktikan diri mampu menjadi developer perempuan tunarungu pertama di Indonesia.

 

Berawal dari ketertarikannya pada dunia coding, Hastu Wijayasri kemudian mengikuti workshop yang diselenggarakan Developer Student Club (DSC) Lead. Workshop ini merupakan program Google untuk berbagi pengetahuan seputar coding kepada mahasiswa yang bergabung di DSC. Di DSC, Hastu belajar tentang Android dan mengikuti acara lainnya seperti seminar yang berkaitan dengan developer.

Komputer memang bukan hal baru bagi mahasiswi Teknik Informatika Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Jogjakarta ini. Namun, dunia coding atau membuat aplikasi masih sangat asing baginya.

Baca juga: Scrapbook Kenangan Ketika Sang Ibu Terkena Kanker

Dikutip dari berbagai sumber, Hastu mengaku awalnya awam soal dunia coding. Namun, rasa ingin tahu dan kemauan kuat mendorong anak ketiga dari empat bersaudara ini untuk tekun mempelajari bidang yang banyak digandrungi kaum milenial tersebut.

Dari situ, hasratnya untuk membantu orang lain khususnya kaum difabel, melalui aplikasi mobile berbasis Android terpupuk. Proyek pertamanya adalah membuat aplikasi Sukacare. Aplikasi ini merupakan wadah interaktif para mahasiswa difabel, khususnya penyandang tunanetra di UIN untuk memperoleh materi kuliah lebih mudah.

Karena dirancang untuk penyandang tunanetra, antarmuka Sukacare pun disesuaikan. Tombol mikrofon dibuat lebih lebar memenuhi layar dan minim teks untuk mempermudah penggunaan.

Bulan Desember 2018 tahun lalu, Hastu naik ke panggung Google Developer Showcase di Jakarta, bergabung bersama panelis-panelis lain. Mereka adalah para pengembang aplikasi didikan program-program Google.

| Instagram @hastuwijaya
Di kampus, Hastu memahami materi kuliah dengan membaca gerak bibir dosen. Sesekali dia merekam video kegiatan belajar di kelas atau didampingi relawan dari Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN.

Bersama rekan-rekannya, Hastu juga mengembangkan aplikasi inklusif Audio Book sejak Mei 2018. Ini semacam aplikasi ojek online yang memfokuskan pada layanan bantuan bagi kaum difabel. Solusi inovatif ini mempertemukan antara user (difabel) dengan service provider (mahasiswa relawan) untuk beragam jenis bantuan.

Penerima Beasiswa Kartini dari Indosat ini kini tengah menuntaskan project movie catalogue untuk kelas Menjadi Android Developer Expert di Dicoding. Ini selaras dengan hobinya yaitu nonton dan jalan-jalan.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro