The best way to make children good is to make them happy.
Oscar Wilde

Perlukah Mengenalkan Kompetisi Pada Anak?

author
Hasto Prianggoro
Senin, 22 April 2019 | 20:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 Kompetisi bukan sesuatu yang asing, bahkan sejak kecil kita sudah dikenalkan pada iklim kompetisi. Pada hampir semua aspek kehidupan selalu ada kompetisi, mulai dari penampilan akademis sampai pertandingan olahraga. Tetapi, seberapa perlu sebetulnya anak mengenal kompetisi?

 

Terdapat pro dan kontra terhadap pendapat bahwa anak perlu diajarkan untuk berani berkompetisi. Sebagian mengatakan bahwa kompetisi akan mengajarkan pada anak persoalan hidup sehari-hari, termasuk mengenal makna menang dan kalah.

Sebagian lain menganggap kompetisi lebih banyak sisi negatifnya daripada sisi positifnya. Mereka kompetisi justru berpotensi merusak dan destruktif bagi anak. Ini hanya akan membuat anak tertekan untuk menjadi yang terbaik, serta membuat anak stres dan cemas.

Agar anak tak mendapat pengalaman negatif dari kompetisi, banyak orangtua yang akhirnya membuang aspek kompetitif pada setiap aktivitas yang diikuti anak dengan menentukan semua anak sebagai pemenang. Mental yang dibangun adalah mental bahwa setiap orang adalah pemenang.

Baca juga:  Agar Anak Tak Berperilaku Bak Jagoan

Thurston Domina, Associate Professor Sosiologi dan Kebijakan Pendidikan di University of North Carolina sependapat bahwa menciptakan iklim kompetisi pada setiap aktivitas anak, terutama aktivitas sederhana, bukan hal yang bagus. Penelitian Domina menemukan bahwa kompetisi ternyata hanya sedikit memberi motivasi pada anak, bahkan malah meningkatkan sekat-sekat di antara mereka.

Di sisi lain, mereka yang sepakat bahwa kompetisi bagus untuk mengenalkan anak pada kenyataan hidup berpendapat bahwa kompetisi bagus bagi anak, selama dilakukan secara sehat. Kompetisi yang sehat tak hanya mengenalkan anak pada aspek menang atau kalah, tetapi juga membantu anak mengembangkan nilai-nilai penting seperti tahan mental, kegigihan, dan ulet.

| SHUTTERSTOCK
Kompetisi juga melatih anak untuk taat pada aturan, sportif, dan mau berempati. Kompetisi juga membuat anak terbiasa menghadapi situasi yang membuat frustrasi dan mencegah anak untuk cepat menyerah saat menghadapi saat sulit.

Memang, orangtua seringkali melindungi anak dari kegagalan. Padahal, kegagalan bukanlah sesuatu yang jelek. Meski menimbulkan perasaan tak nyaman, tetapi kegagalan justru memberi anak peluang untuk belajar. Dan belajar dari kegagalan tak hanya membantu anak memotivasi dan meningkatkan keterampilan anak, tetapi juga membantu mereka menjadi orang dewasa yang siap menghadapi segala situasi.

Intinya, kompetisi yang sehat akan mengajarkan pada anak bahwa tak selalu yang terbaik yang sukses, tetapi mereka yang mau bekerja keras dan menghargai kompetitor.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro