To her, the name of father was another name for love.
Fanny Fern

Kenapa Si Kecil Nakal di Sekolah Tapi Di Rumah Tidak?

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 17 Mei 2019 | 10:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Anak-anak batita sering memukul, menendang, atau mengganggu temannya di kelas tanpa alasan jelas. Tetapi, ketika di rumah, anak justru menunjukkan perilaku sebaliknya. Kenapa? Ini 4 tips yang bisa dilakukan orangtua.

 

1. Tak perlu timeout

Memberi hukuman timeout terkadang malah tak efektif. Anak tak belajar apapun dari timeout yang ia jalani dan tetap saja tak bisa berempati pada temannya. Bisa-bisa, anak malah merasa ialah yang jadi korban karena harus menjalani hukuman. Orangtua atau guru di kelas lebih baik menunjukkan empati pada anak dan mengenali pemicu potensial yang menyebabkan anak berperilaku tak baik di kelas. Tunjukkan pada anak apa yang terjadi pada teman-teman yang ia ganggu, lalu ajarkan perilaku yang lebih baik.

2. Jangan mengancam

Orang-orang dewasa cenderung bias ketika menghadapi anak. Terkadang, ketika anak tidak melakukan kesalahan malah diberi hukuman disiplin, atau sebaliknya. Ajak anak bicara apa yang membuatnya terganggu, cari solusi, perlakukan anak dengan rasa hormat seperti ketika kita berbicara pada orang dewasa. Hindari nada suara yang bernada mengancam.

Misalnya ketika anak menendang temannya, tanyakan ke anak, “Bunda lihat kamu tadi menendang Nadia tapi Bunda tidak melihat Nadia membuatmu terganggu. Boleh Bunda tahu, apa yang membuatmu kesal?” Lalu sampaikan bahwa menendang teman itu tidak baik karena membuat teman merasa sakit. “Bagaimana kalau kamu yang ditendang. Pasti sakit, kan?”

Baca juga:  4 Bahasa Tubuh Anak Yang Wajib Diketahui Orangtua

3. Beri anak pujian

Bagi sebagian anak, masuk prasekolah atau daycare merupakan pengalaman pertama berkumpul dengan banyak teman dan harus berebut perhatian dari guru kelas. Akibatnya, anak bisa menunjukkan perilaku buruk supaya mendapat perhatian dari guru. Itu juga alasan kenapa ketika di rumah anak bisa berperilaku baik sementara di sekolah justru sebaliknya. Anak akan melakukan apa saja untuk mendapat perhatian, entah itu dengan perilaku buruk atau baik.

Lebih baik beri anak pujian saat berperilaku baik. Memberi pujian ketika anak berperilaku baik akan lebih efektif membuat anak merasa diperhatikan sehingga terdorong untuk kembali melakukan perilaku baik lainnya.

4. Bantu anak dekat dengan guru

Pada beberapa hal, anak belajar mengembangkan hubungan baru dengan guru di sekolah. Termasuk mencoba sampai batas mana guru memberi respons atas perilakunya, sama seperti yang ia lakukan di rumah dengan orangtua. Di lain waktu, anak akan mencari tahu seberapa berharganya ia di mata guru dan apakah guru akan menerima dan memerhatikannya.

Orangtua bisa membantu anak menjalin hubungan dengan guru supaya terdapat ikatan di antara mereka. Minta anak menceritakan pengalamannya di kelas saat menghadapi guru. Tunjukkan antusias saat mendengarkan cerita anak. Sesekali, ajak anak untuk memberikan hadiah bagi gurunya. Tanyakan bagaimana pendapatnya terhadap guru di kelas.

Tentu saja, orangtua juga harus menjalin hubungan baik dan berkomunikasi dengan guru, sehingga perkembangan anak bisa terpantau. Sesekali, monitor perkembangan dan perilaku anak secara langsung di sekolah. Misalnya sejam dua jam mengawasi anak secara diam-diam di sekolah. Orangtua bisa mendapat gambaran yang lebih baik faktual tentang perilaku sehari-hari anak di kelas dan bagaimana hubungan anak dengan guru serta teman-temannya.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro