When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Menahan Diri

author
Ken Terate
Sabtu, 18 Mei 2019 | 20:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Puasa termasuk ibadah yang beraaattt buat saya. Maklum saya hobi ngemil. Susah banget rasanya menahan tangan agar tidak terjulur (lagi) meraih tahu goreng di atas piring meski perut sudah kenyang. Tetapi karena aturannya begitu, mau nggak mau saya taat dan ternyata bisa!

Setelah bertahun-tahun puasa Ramadan seharusnya saya sudah ahli dalam menahan diri, tetapi ternyata tidak juga  (emoticon nangis kejer). Sekelar puasa ya balik lagi doyan ngemil. Bukti kalau saya hanya bisa menahan diri saat dipaksa.

Nah, menahan lapar (termasuk lapar mata) itu satu hal, tetapi menahan diri dari godaan-godaan lain itu PR banget buat saya.

Apa tuh godaan-godaan lain? Medsos contohnya! Medsos jadi candu baru sekarang. Rasanya gatel aja kalau nggak nengok medsos, entah itu FB, WAG, atau IG, lebih dari lima menit. Kita tahu nguprek medsos terlalu sering atau terlalu lama berdampak buruk pada banyak hal; kesehatan fisik, hubungan dengan teman dan keluarga, dan ketenangan batin (apalagi kalau yang Anda asup berita hoax melulu).

Baca juga: Perempuan (Harus) Antihoaks

Masalahnya kadang kita nggak berhenti melihat medsos, tetapi juga bablas nyinyir pada yang lain. Liat postingan tetangga lagi makan di restoran, pengin langsung nyamber, “Eh, balikin dulu duit gue. Nggak usah sok kaya lo.” Padahal bisa jadi dia ditraktir. Lihat postingan artis cantik, langsung pengin julid, “Gendut dan item ih.” Padahal yang komen belum tentu punya fisik yang lebih terawat.

Godaan lain yang juga berat adalah godaan diskon. Aduh, mak, puasa belum dimulai toko-toko sudah berlomba majang diskon, mulai dari biskuit sampai baju. Akibatnya, nafsu belanja meluap-luap, nggak ingat kalau sebenarnya barang itu tidak kita butuhkan. Parahnya, utang pun dijabanin demi memuaskan nafsu ini.

Tiap orang punya godaannya sendiri. Ada orang yang gampang tergoda buat selingkuh. Yang lain menyerah pada kecanduan game. Lainnya lagi lemah iman pada kemewahan. 

| SHUTTERSTOCK

Tempo hari si bujang (8 tahun) bertanya, “Sebenarnya kenapa sih kita harus puasa?”

Jawab saya, “Agar kita pandai menahan diri, Nak. Kelak godaan yang datang padamu jauh lebih berat daripada es kelapa muda. Kamu mungkin digoda temanmu untuk merokok. Saat harus kerja, kamu tergoda buat bermalas-malasan. Kalau kamu punya jabatan bisa jadi kamu digoda uang suap. Kamu harus bisa menahan semua godaan itu kalau mau jadi orang mulia.”

Aduh jleb! Kok saya merasa tertampar sendiri. Susah bagi saya meninggalkan godaan kursi dan kasur saat seharusnya saya berangkat yoga. Susah bagi saya buat nggak mendatangi sale buku. Aduh kalau diterusin, jadi malu sendiri.

Baca juga: Bijak Manfaatkan Promo Saat Ramadan

Pernahkah Anda membaca atau melihat tayangan Youtube tentang marshmallow test? Seorang anak diminta tinggal di suatu ruangan dan diberi marshmallow. Ia diberi pesan untuk tidak memakan marshmallow itu hingga sekian menit ke depan. Hasilnya? Beberapa anak langsung memakan penganan manis itu begitu si orang dewasa pergi. Anak lain resah dan maju mundur, tetapi akhirnya menyerah pada keinginannya. Namun, ada pula anak-anak yang kuat melawan nafsunya. Penelitian membuktikan anak-anak yang dapat menahan diri cenderung lebih berhasil di masa mendatang.  Tidak mengejutkan bukan mengapa orang-orang yang ‘tahan godaan’ bakal jauh lebih sehat dan sejahtera lahir dan batin?

Nah, tiap kali memasuki bulan Ramadan saya seperti diingatkan kembali pentingnya menahan diri. Berat? Ya! Tetapi hasilnya sangat sepadan. Semoga kita semua menjadi insan yang lebih baik setelah tertempa di bulan suci. Amin.

 

 

 

Niken Terate

kenterate@gmail.com

Memulai debut sebagai penulis profesional sejak bangku kuliah. Telah menghasilkan belasan novel, cerpen, dan artikel. Baginya hidup terasa sempurna bila bisa menikmati teh hangat sambil ngobrol seru dengan orang-orang dekat.

 

Penulis Ken Terate
Editor Ratih Sukma Pertiwi