When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Kebiasaan Orangtua Yang Bisa Berdampak Buruk Pada Anak

author
Hasto Prianggoro
Kamis, 23 Mei 2019 | 14:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Orangtua yang baik seharusnya kompak dan saling menghargai, bukannya malah saling berdebat di depan anak.

 

Bagaimana orangtua berkomunikasi, bekerjasama, maupun memperlakukan satu sama lain sangat mempengaruhi anak. Ayah dan bunda yang saling menghargai dan memberi dukungan satu sama lain akan membuat anak belajar tentang bagaimana membina hubungan yang sehat.

Sementara orangtua yang menunjukkan perilaku tak patut, misalnya tak setuju tindakan pasangan, akan mengirimkan pesan yang salah ke anak. Perilaku dan kebiasaan orangtua akan mempengaruhi cara anak memandang diri dan lingkungan mereka, termasuk pada pasangannya kelak. Berikut ini 4 perilaku atau kebiasaan orangtua yang bisa berpengaruh negatif ke anak.

 

1. Saling berkompetisi

Bukannya bekerjasama, ayah dan bunda malah mempertontonkan kompetisi tak sehat di depan anak. Padahal, kerjasama dan saling supportlah yang akan membuat sebuah keluarga menjadi keluarga yang kuat dan bahagia. Tak hanya itu, menganggap pasangan sebagai saingan juga akan merusak hubungan suami istri dan memberi contoh tak baik bagi anak. Anak lebih membutuhkan orangtua yang kompak dan saling menghormati ketimbang ayah dan bunda yang “saling menjatuhkan.”

2. Beda gaya pola asuh

Perbedaan gaya pola asuh antara ayah dan bunda seringkali membuat keduanya saling menggantikan peran yang lain. Misalnya jika ayah sangat disiplin, maka bunda akan bersikap sebaliknya yaitu lebih santai. Kelihatannya baik dan saling melengkapi, ya, padahal ini justru akan menunjukkan mereka tidak konsisten. Ini tak bagus bagi perkembangan anak. Jadi, misalnya, jika orangtua tak sepakat soal penerapan disiplin ke anak, sebaiknya bicarakan berdua. Di depan anak, tunjukkan kekompakan dan kesamaan pendapat.

Baca juga: 8 Cara Melatih Anak Menjadi Seorang Problem Solver 

3. Bersekongkol dengan anak

Kadang-kadang, orangtua “bersekongkol” dengan anak dengan berbagai alasan. Misalnya bunda membeli baju baru dan meminta anak supaya tak memberitahu ayah. “Jangan bilang Ayah, ya.” Begitupun sebaliknya, misalnya ayah membujuk anak supaya tak memberitahu ke bunda soal lampu baca yang pecah.

Menyimpan rahasia supaya tak diketahui pasangan, berbohong, komplain, atau tak sepakat dengan pasangan tentang pola pengasuhan anak merupakan hal-hal yang sebaiknya tak dilakukan di depan anak.

4. Berdebat soal pola asuh

Berdebat tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan anak sebaiknya tidak dilakukan di depan anak. Misalnya, bunda menghukum anak tak boleh keluar rumah karena tak mau belajar, sementara ayah berpendapat sebaliknya. Menunjukkan sikap tidak menghormati satu sama lain akan memberi anak contoh tak baik yang kelak akan ditiru anak.

Lebih baik, tunjukkan bahwa ayah dan bunda saling menghargai dan saling menghormati kalau pun ada sesuatu yang mengganjal, bicarakan, tapi jangan di depan anak.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro