“Pantatku bauuu.. hihi,” celoteh anak sambil mencium-cium tangannya yang baru saja ia usapkan ke pantatnya. Sering, kan kita lihat anak-anak melontarkan kata atau kalimat yang berhubungan dengan toilet seperti “pantat,” “pup,” “kentut,” dan sebagainya. Kenapa?
Ada 3 alasan anak suka melempar kalimat atau kata yang berkaitan dengan “toilet” atau bahasa toilet atau potty talk. Yang pertama mereka bangga karena berhasil melakukan sesuatu, dalam hal ini BAB di toilet. Bagi mereka ini keberhasilan besar dan semua orang harus tahu. Salah satu caranya, ya dengan potty talk.
Alasan kedua, anak mencari perhatian. Dengan menambahkan kata “kentut” setiap kali berbicara misalnya, anak berharap mendapat respons dari orang di sekitarnya, entah itu respons terkejut atau geli.
Yang ketiga, kata atau kalimat ini mereka anggap sebagai sesuatu yang lucu. Coba perhatikan, biasanya jika anak sedang ber-potty talk dengan temannya, mereka pasti akan tertawa-tawa lucu. Ternyata, tak hanya bagi anak-anak, bagi orang dewasa pun bahasa toilet ini dianggap sesuatu yang lucu. Bahkan, di Inggris, koleksi kata-kata toilet ini termasuk dalam daftar kata-kata yang paling membuat orang tergelak.
Baca juga: Hati-Hati Jika Si Batita Tak Suka Berimajinasi
Lalu, bagaimana menanggapi potty talk anak? Cara terbaik adalah mengabaikannya. Ketika anak berharap mendapat respons dan kita tidak memberikan respons, anak akan merasa leluconnya tidak laku dan biasanya akan berhenti.
Atau, Bunda bisa membalik kata-katanya dengan menanyakan apakah anak akan ke toilet? Biasanya, respons seperti ini akan membuat anak “patah semangat” dan tidak melanjutkan “lelucon toiletnya.”
Bagi anak, melontarkan potty talk merupakan upaya untuk melucu. “Anak-anak usia ini punya sense of humor tinggi, dan mereka tahu bahasa toilet bisa mendapat respons lucu,” kata Michele Borba, penulis buku The Big Book of Parenting Solutions: 101 Answers to Your Everuyday Challenges and Wildest Worries. “Begitu anak lain tertawa mendengar bahasa toilet ini, maka seterusnya akan menjadi kebiasaan.”
Sebaiknya tidak usah memberi respons, tidak usah tertawa, atau alihkan saja pembicaraan. Misalnya ajak anak bermain kata-kata. Minta anak mencari kata yang memiliki akhiran mirip dengan kata-kata yang ia ucapkan.
Atau alihkan dengan mengajak anak bermain peran dengan bonekanya. Misalnya anak menjadi ibu, boneka menjadi anaknya. Minta anak mengajarkan pada boneka tentang potty training. Ini juga akan mengajarkan pada anak fungsi toilet yang sebenarnya