For me, motherhood is learning about the strengths I didn’t know I had, and dealing with the fears I didn’t know existed.
Halle Berry

Si Kecil Takut Ke Dokter Gigi? Ini Solusinya

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 12 Juni 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Mengajak anak ke dokter gigi merupakan salah satu PR terbesar orangtua. Apa saja yang harus dilakukan?

 

Kuncinya, ajak anak ke dokter gigi sejak usia dini. The American Academy of Pediatric Dentistry menyarankan anak mulai dibawa ke dokter gigi sejak usia kurang dari setahun. Masalahnya, bagaimana agar anak tidak takut atau rewel saat diajak ke dokter gigi?

Langkah pertama, pilih dokter gigi anak. Bukan berarti dokter gigi umum tak layak, tetapi lebih ke mengenalkan anak ke suasana ruang praktek dokter gigi. Ruang praktek dokter gigi anak biasanya disetting sedemikian rupa sehingga anak bisa merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan dan tindakan. Ada mainan, gambar-gambar lucu, video anak, dan sebagainya. Ini akan membuat anak memperoleh pengalaman ke dokter gigi yang positif.

Di awal kedatangan ini, dokter akan melakukan pemeriksaan awal seperti mengecek ada tidak karies gigi, bagaimana orangtua merawat kesehatan gigi anak sehari-hari di rumah, menyarankan nutrisi tambahan untuk menjaga kesehatan gigi, dan sebagainya.

Baca juga: Duh, Si Kecil Nggak Mau Lepas Dari Ibunya

Saat usia anak bertambah dan mulai memahami situasi di ruang praktek dokter gigi, bisa jadi mereka lantas tidak takut lagi, atau malah sebaliknya, semakin takut. Dengarkan anak, jawab pertanyaan-pertanyaan mereka secara jujur dan jelaskan apa yang akan mereka alami ketika ke dokter gigi.

Orangtua sebaiknya berpikir positif dan tak perlu banyak bicara. Hindari kata “sakit” saat menjelaskan perihal apa-apa yang akan dilakukan dokter gigi. Orangtua bisa mengajak anak bermain dokter gigi di rumah, peragakan apa saja yang dilakukan dokter gigi. Ceritakan pengalaman positif ketika datang ke dokter gigi.

Tak ada salahnya mengajak anak ketika orangtua periksa gigi, dan perlihatkan kepada anak apa saja yang dialami saat berada di dokter gigi. Biarkan anak naik ke kursi pasien, bermain keran air, dan sebagainya, tentu dengan seizin dokter gigi.

Yang paling penting, orangtua harus sabar, terutama ketika anak sudah lebih besar. Bisa saja anak berulah, menolak diperiksa, dan sebagainya. Tak perlu memaksa anak. Biasanya setelah 2-3 kunjungan, anak akan menemukan pola dan kenyamanan sendiri sehingga mereka akan lebih rileks saat berada di dokter gigi

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro