If you have never been hated by your child, you have never been a parent.
Bette Davis

Agar Anak Berperilaku Positif, Konsistensi Jadi Kunci

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 12 Juni 2019 | 19:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 

Cara paling efektif agar anak berperilaku positif adalah dengan bersikap konsisten. Bagaimana caranya?

 

Anak membutuhkan orangtua yang konsisten karena konsistensi sangat membantu anak menentukan langkah yang akan mereka ambil. Misalnya, jika orangtua konsisten menerapkan disiplin, anak lama kelamaan akan mampu mengontrol perilaku mereka.

Konsisten berarti mengikuti dan menjalankan atau mengikuti apa-apa yang kita sampaikan. Sebaliknya, inkonsistensi yang ditunjukkan orangtua akan memberi anak peluang untuk melawan aturan atau berperilaku negatif.

Ketika anak mulai melanggar aturan, tugas orangtua pun akan semakin berat. Yang terbaik adalah, segera bertindak, cegah perilaku negatif supaya tidak semakin parah. Konsistensi juga berarti kedua orangtua harus memiliki kesamaan ucapan dan tindakan di depan anak.

Baca juga: Si Kecil Selalu Sedih? Bisa Jadi Ia Depresi

Konsistensi bisa ditunjukkan melalui aturan dan batasan yang jelas dan mudah dipahami anak sehingga ia bisa menunjukkan perilaku positif. Studi menunjukkan bahwa keluarga yang menerapkan sedikit aturan atau batasan lebih besar kemungkinannya untuk memiliki anak yang berperilaku kurang baik.

Penelitian juga menunjukkan, anak-anak akan selalu mencoba menabrak aturan yang diterapkan orangtua. Meski dari sisi perkembangan masih termasuk normal, aksi anak semacam ini sangat mengganggu orangtua. Sementara anak-anak yang lebih besar atau anak yang cenderung “jahil” melakukannya dua kali lebih sering.

Konsistensi biasanya juga terhalang oleh kesibukan orangtua. Ketika orangtua pulang kerja, capek dan butuh istirahat, mereka sering sekali mengabaikan persoalan-persoalan yang dihadapi anak. Akibatnya, anak akan terus mencoba melanggar aturan sampai akhirnya orangtua “menyerah.”

| SHUTTERSTOCK
 Nah, agar orangtua bisa konsisten, yang pertama harus dilakukan adalah membuat catatan pengingat buat diri sendiri. Orangtua bisa menempelkan catatan tentang aturan yang harus ia ikuti ketika anak menunjukkan perilaku negatif. Misalnya tempelkan catatan yang berbunyi, “Tinggalkan anak ketika ia merengek. Jangan menyerah.”

Orangtua juga sebaiknya memahami kapan anak biasanya “berulah,” misalnya saat makan, waktu belajar, atau jam tidur, lalu cari solusinya. Lakukan ini secara konsisten agar anak paham bahwa ketika ia rewel saat mau tidur, misalnya, ia paham konsekuensi yag akan ia hadapi.

Yang tak kalah penting, orangtua tak usah terlalu banyak bicara. Meski terkadang tak tega menerapkan konsekuensi ke anak, namun aturan adalah aturan yang harus konsisten diterapkan dan diikuti anak. Hasilnya akan terlihat dalam jangka panjang

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro