Kerjasama bisnis dengan sahabat kelihatannya lebih nyaman dan aman. Tapi, ada hal-hal yang harus diperhatikan agar kongsi bisnis tak hancur di tengah jalan.
1. Jangan percaya sepenuhnya
Jangan menyerahkan sepenuhnya urusan keuangan dan modal, khususnya yang kamu setorkan, kepada teman bisnis, meskipun teman yang sangat kamu percaya. Dunia ini selalu berubah, begitu pun orang. Siapa yang bisa menduga teman bisnis yang juga sahabat itu di belakang hari berlaku curang atau melakukan kesalahan.
2. Tak mampu bayar teman
Ini adalah pembunuh awal bisnis. Polanya selalu sama: Doni punya ide bisnis, Samuel jago menjalankan bisnis. Tetapi, karena Doni tak mampu menyewa Samuel sebagai karyawan, mereka lalu bekerja sama, berbagi tugas, modal, dan keuntungan. Hasil akhirnya biasanya kongsi ini pecah karena pembagian kerja tak adil. Di contoh atas, Samuel lah yang akhirnya lebih banyak mengurusi bisnis. Jadi, jika punya teman yang jago bisnis, lebih baik bayar ia untuk menjalankan bisnis.
Baca juga: 10 Tips Keuangan Sebelum dan Setelah Menikah
3. Tidak membuat perjanjian bisnis
mentang-mentang hubungan bisnis berdasarkan pertemanan, perjanjian legal di atas kertas biasanya lebih longgar. Padahal, ini bisa menjadi pembunuh kongsi bisnis. Lebih baik, meski berkongsi dengan teman, buat perjanjian bisnis resmi di hadapan notaris.
4. Rencana darurat
Bahkan, pernikahan pun dimulai dengan perjanjian atau akad nikah. Dalam bisnis, perjanjian ini juga memasukkan rencana darurat (exit strategy) ketika bisnis bermasalah. Misalnya, klausul yang menyebutkan bahwa salah satu pihak bisa menghentikan perkongsian pada suatu kondisi tertentu, atau salah satu pihak boleh membeli saham kepemilikan pihak lain.
Tak mudah mempertahankan pertemanan jika bisnis yang dibangun bareng hancur. Jadi, jangan berharap bisa tetap berteman dengan teman bisnis seandainya bisnis yang kamu bangun dengannya merugi atau bangkut. Yang umum terjadi, bisnis yang utama, baru urusan pertemanan belakangan.
6. Pembagian keuntungan sama
Setiap bisnis, termasuk perkongsian dengan sahabat, butuh pimpinan atau pihak yang punya peran lebih besar. Misalnya dengan pembagian hasil 60/40 atau 70/30. Dengan begitu, pihak yang mendapat pembagian lebih besar akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar pula.