“Mas sudah dapat!” kata suamiku, segera setelah turun dari mobil sepulang kerja. Aku yang nunggu di depan pintu jadi agak heran, “Dapat apa?” Sambil memegang notebook di tangan kiri, dan menjulurkan tangan kanan untuk aku sambut dan kucium punggung tangannya, beliau jawab, “Nama anak kita.”
Padahal usia kandunganku masih seumur jagung dan waktu itu beliau bawa pulang nama anak perempuan, padahal kami belum tahu jenis kelamin anak kami kelak.
“Kalau anaknya laki-laki gimana?” tanyaku
“Ya nanti cari lagi," katanya
Baca juga: Mengapa Harus Melakukan Ultrasonografi (USG)?
Perjalanan pergantian status dari pengantin baru ke calon Ayah-Ibu sangat menyenangkan meski sering kali dihampiri kebingungan. Apalagi proses pencarian nama. Kami semangat di awal-awal, tapi karena merasa masih punya waktu jadi malah terlena, tidak terasa menjelang sebulan sebelum HPL malah belum ketemu nama yang pas. Hahaha.
Baca juga: 7 Hal yang Sebaiknya Dihindari Pasca Operasi Caesar
Akhirnya kami konsultasi ke konsultan nama bayi, yang timnya terdiri dari beberapa ahli bahasa, seperti bahasa Sansekerta, bahasa Inggris, bahasa Arab. Kami dibantu untuk memilih kata, menyusunnya, dan menyandingkannya dengan kata lain hingga maknanya mewakili makna yang kami harapkan.
Mungkin beberapa orang mengira ini berlebihan, tapi nama bukan suatu hal yang harusnya disepelekan. Nama adalah doa, harapan orang tua, kata yang melekat pada manusia dari lahir hingga tertulis di batu nisannya. Dipilih dengan hati-hati dan sepenuh hati.
Aku mengetik ini sambil merasakan tendangan lembut di dalam perut. Ahhh, aku pun sudah tak sabar memanggil namamu langsung sambil saling bertatap mata!