Salah diagnosa sering terjadi di dunia medis. Hasil studi menunjukkan, kesalahan diagnosa lebih sering dialami perempuan dibanding pria.
Menurut studi yang dilakukan peneliti dari Johns Hopkins University baru-baru ini, kesalahan diagnosa merupakan salah satu penyebab kasus malpraktek (34%) yang bisa mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen. Studi itu juga menyebutkan bahwa salah diagnosa tak hanya menjadi kesalahan medis yang paling umum terjadi, tetapi juga kasus yang menimbulkan resiko fatal serta memakan banyak biaya.
Peneliti menganalisa lebih dari 55 ribu dugaan malpraktek untuk menentukan pola kesalahan diagnosa yang terjadi. Hasil temuan yang dipublikasikan di jurnal Diagnosis menunjukkan bahwa hampir 74,1% salah diagnosa yang berakibat fatal mencakup 3 penyakit yakni kanker (37,8%), gangguan peredaran darah (22,8%), dan infeksi (13,5%).
Baca juga: Kurangi 300 Kalori Agar Jantung Sehat
Fakta lain juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah kasus kesalahan diagnosa yang diteliti terjadi pada perempuan. Sebetulnya ini bukan hal baru. Hasil studi di Inggris juga menunjukkan bahwa kesalahan diagnosa lebih besar kemungkinannya (50%) terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Perempuan juga 33% lebih mungkin menerima diagnosa yang keliru setelah mendapat serangan stroke.
“Nggak enak menerima diagnosa yang salah. Bagi panyak pasien, kesalahan diagnosa bisa menyebabkan gangguan yang lebih parah dan memakan biaya tinggi, bahkan berakibat kematian,” kata David Newman-Toker, MD, Ph.D, ahli saraf dari Johns Hopkins University School of Medicine di Baltimore, yang memimpin penelitian.
Penelitian ini, lanjutnya seperti dikutip health.com, menunjukkan pentingnya membuat diagnosa yang tepat. Diagnosa yang tepat sangat akan membantu mengurangi resiko gangguan-gangguan akibat kesalahan diagnosa seperti 3 penyakit di atas.