What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

Penemu Sunscreen Ternyata Mahasiswa Yang Hobi Mendaki Gunung

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 7 Agustus 2019 | 17:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Sunscreen alias pelindung kulit dari sinar matahari kini sudah menjadi bagian penting kehidupan sehari-hari. Tapi sejak kapan sebetulnya sunscreen mulai dipakai?

 

Dikutip dari laman eb5.com, generasi masa lampau menggunakan bahan-bahan alami untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar matahari. Bangsa Mesir kuno memakai minyak yasmin dan kulit beras. Kulit beras dikenal bisa menyerap sinar UV sementara minyak jasmin mampu memperbaiki kulit yang rusak.

Sunscreen pertama ditemukan dan dibuat oleh seorang mahasiswa jurusan kimia di Swiss yang kulitnya rusak parah akibat terbakar matahari saat mendaki Gunung Piz di perbatasan Swiss-Austria. Nama sunscreen buatannya adalah Piz Buin Glacier Cream yang diperkenalkan tahun 1946 dengan kandungan SPF (sun protection factor) 2.

Baca juga: 6 Kesalahan Memakai Sunscreen

Orang lain yang punya andil menciptakan sunscreen adalah Benjamin Green, penerbang dari Miami yang kulitnya rusak tatkala menjalani misi pada Perang Dunia II. Green kemudian menciptakan formula pelindung kulit berbentuk pasta yang terbuat dari minyak kelapa dan lemak kakao. Belakangan, produk ini dinamakan Coppertone.

Tak lama kemudian, produk sunscreen mulai dikenal di seluruh AS, sehingga mendorong produsen dan ilmuwan untuk menciptakan formula yang lebih efektif dan aman. Ilmuwan juga menemukan bahwa sinar UV bisa berdampak buruk bagi kulit, di antaranya menyebabkan kanker kulit dan kerusakan kulit permanen.

Tahun 1968, sunscreen dengan kandungan avobenzone diproduksi, tetapi formula ini hanya mampu memblok sinar UVA, bukan UVB, sehingga tetap menimbulkan masalah pada orang-arang yang sehari-harinya terpapar sinar matahari. Sinar UVB merupakan sinar yang bisa langsung menyebabkan kulit terbakar, sementara UVA menyebabkan kerusakan dalam jangka panjang.

Baca juga: Jakarta Darurat Polusi, Lindungi Diri Dengan 6 Cara Ini

Studi yang dilakukan di Australia pada era 1990-an menemukan bahwa mereka yang memakai sunscreen terbaru tetap mengalami sunburn, bahkan melanoma, lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak memakai sunscreen. Ini karena formula pada sunscreen terlalu lemah untuk mencegah sinar UVA. Generasi sunscreen berikutnya yang diperkenalkan mampu menahan UVA, memiliki kandungan zinc dan titanium oxide.

Kini, formula sunscreen telah berkembang dan terdapat banyak variasi pilihan. Salah satunya adalah sunscreen dengan SPF 15 yang mampu melindungi kulit dari UVA dan UVB, serta bisa digunakan sebelum atau setelah pemakaian make up.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro