When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Autisme Tidak menular, Kenali 7 Ciri-Cirinya

author
Hasto Prianggoro
Selasa, 27 Agustus 2019 | 09:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

 Coba perhatikan apakah si Kecil punya 7 ciri-ciri di bawah ini?

Autism spectrum disorder(ASD) atau autisme adalah serangkaian gangguan perkembangan saraf yang sebagian besar ditandai dengan gangguan fungsi sosial dan gangguan komunikasi. Gejala dapat mencakup fokus yang intens pada satu item, tidak responsif, kurang memahami isyarat sosial (seperti nada suara atau bahasa tubuh), gerakan berulang, atau melukaidiri seperti memukul-mukul kepala.

Pada autisme, yang terlambat adalah perkembangan komunikasi. “Anak seakan-akan ada di dunianya sendiri, serta memiliki perilaku ganjil misalnya mengulang-ulang gerakan. Yang jelas autisme tidak menular dan bukan penyakit,” kata Ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI), Gayatri Pamoedji, pada acara SpecialKids Expo (Spekix) 2019 di JCC Jakarta, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Ini Tanda Awal Autisme Pada Bayi

Ada 2 anggapan penyebab autisme yakni bersifat genetik serta faktor lingkungan. “Jika salah satu anggota keluarga ada yang didiagnosa memiliki autisme, maka keluarga atau keturunan berikutnya memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami autisme juga,” lanjut Gayatri.

Jumlah penyintas autisme Indonesia diprediksi sekitar 2,4 juta orang dengan pertambahan 500 orang per tahun. Angka ini cukup besar, apalagi masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenali dan memahami cara penanganan anak yang merupakan penyintas autisme.

Mengetahui gejala autisme pada anak sejak dini membantu anak mendapatkan penanganan yang tepat sehingga anak dapat memiliki hidup lebih baik dan mandiri.Check list paling mudah yang bisa dilakukan orangtua atau orang awam lain adalah dengan mengenali 7 ciri utama autisme antara lain:

1. Apakah anak tertarik bermain dengan anak-anak lain?

2. Apakah anak menggunakan telunjuk ketika menunjukkan rasa tertariknya pada sesuatu?

3. Apakah anak mau menatap mata lebih dari 1-2 detik saat diajak berbicara?

4. Apakah anak mau meniru ucapan, ekspresi wajah ataupun gerak-gerik?

5. Apakah anak bereaksi ketika namanya dipanggil?

6. Apakah anak mau melihat ke arah benda yang Anda tunjuk?

7. Apakah anak pernah bermain pura-pura/role play?

Jika dari 7 ciri utama ini paling tidak ada 2 jawaban ‘tidak,’ berarti sudah merupakan warning sign. “Sebaiknya pergi ke dokter yang mengerti tentang autisme untuk mendapatkan penjelasan,” tambahnya.

| SHUTTERSTOCK
Penanganan autisme berupa 3 terapi utama, yakni terapi perilaku dengan tujuan supaya anak mau patuh duduk, dan melakukan kontak mata. “Bagaimana dia mau masuk sekolah kalau namanya saja tidak tahu?” Terapi berikutnya adalah terapi wicara dan terapi okupasi. Okupasi adalah olahraga untuk mengatur koordinasi motorik halus (jemari) dan motorik kasar (kaki) anak.

Orangtua harus mau belajar dan membuka diri. Riset membuktikan bahwa 80% anak berkebutuhan khusus, termasuk autisme, bisa sukses karena faktor peran orangtua. Selain itu dukungan dari berbagai pihak juga sangat penting, terutama kepada orangtua agar tidak putus asa.

Contoh kasus yang menyesakkan dada adalah ketika seorang ibu di Australia tega membunuh anaknya yang autisme karena tak kuat menanggung beban merawat anaknya tersebut. Ini menunjukkan beratnya beban yang harus ditanggung orangtua dan betapa pentingnya pemahaman serta support dari orangtua dan orang-orang terdekat.

Data juga menunjukkan, di Australia, autisme pada anak merontokkan 80% keluarga sampai akhirnya suami istri bercerai. Selain orangtua, keluarga dan orang terdekat dan masyarakat luas juga sangat membantu. Misalnya dengan menghindari menggunakan kata ‘autis’ sebagai ejekan, juga mencari informasi lebih banyak tentang apa yang dibutuhkan generasi muda berkebutuhan khusus serta mendukung dan menghormati keunikan mereka.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro