Keep your face always toward the sunshine, and shadows will fall behind you
Walt Whitman

5 Kesalahan yang Masih Sering Dilakukan Saat Merawat Bayi Demam

author
Isna Triyono
Senin, 9 September 2019 | 17:00 WIB
SHUTTERSTOCK |

Demam bukanlah penyakit. Saat menghadapi bayi demam, sebaiknya tidak perlu panik.

Demam adalah respon tubuh terhadap infeksi oleh virus atau bakteri. Oleh karena itu, ketika bayi demam, sebaiknya jangan panik.

Justru kepanikan sering bikin orangtua malah melakukan kesalahan dalam merawat bayi demam.

Berikut ini 5 kesalahan yang masih sering dilakukan orangtua saat merawat nayi demam.

Baca juga: Do’s and Don’ts Saat Jenguk Bayi

1. Diberikan Selimut

Mungkin tujuannya adalah agar anak tidak mengigil dan kedinginan. Namun jika diberi selimut, suhu tubuh bayi akan terus naik. Jika lebih dari 39 derajat celcius, berisiko bayi mengalami kejang.

2. Baju dan Celana Panjang

Penjelasannya sama seperti menggunakan selimut pada bayi yang demam. Alih-alih memakaikan bayi baju dan celan panjang, sebaiknya ganti dengan baju yang tipis dna menyerap keringat. Tujuannya agar suhu tubuh menguap dan tidak membuat demam semakin tinggi.

3. Kompres Air Dingin

Dari segi medis, bayi demam tidak disarankan dikompres menggunakan air dingin. Justru sebaliknya, harus dikompres menggunakan air hangat di ketiak, leher, atau lipatan paha.

Kompres air hangat membuat pembuluh darah di bawah kulit menjadi lebih lebar sehingga panas lebih mudah menguap melalui pori-pori.

Baca juga: Jangan Panik, Ini Cara Hadapi Kejang Demam Bayi

4. Membalur dengan Bawang Merah

Memang bawang merah bisa membantu melebarkan pembuluh darah namun tidak terlalu memberikan dampak signifikan untuk menurunkan demam. Justru bawang merah bersifat iritatif, terutama pada kulit bayi. Selain itu, aroma bawang merah yang menyengat bisa membuat bayi merasa tidak nyaman.

5. Diberi Antibiotik

Tidak semua kasus demam bisa ditangani dengan memberikan antibiotik. Antibiotik bisa diberikan untuk kasus demam yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. Jika karena infeksi virus, pemberian antibiotik tidak diperlukan.

Penulis Isna Triyono
Editor Isna Triyono