Bayi ternyata sudah mampu menyerap dan menirukan melodi dan ritme dari bahasa atau tuturan yang ia dengar saat masih di dalam kandungan, yang kemudian keluar dalam bentuk tangisan.
Tangisan bayi ternyata dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang ia dengar, bahkan ketika ia berada di dalam rahim sang ibu. Peneliti dari Universitas Wurzburg, Jerman, meneliti berbagai variasi tangisan bayi untuk mengetahui perbedaan tangisan-tangisan tersebut dan menemukan bahwa, “Ternyata benar, bayi sebetulnya menangis dalam bahasa yang berbeda-beda,” kata Kathleen Wermke, Ph.D., ahli biologi dan antropologi medis yang memimpin tim peneliti di Center for Pre-Speech Development and Developmental Disorders, Universitas Wurzburg.
Kathleen menjelaskan, tangisan bayi merefleksikan ritme dan melodi bahasa atau tuturan yang mereka dengar saat berada di dalam rahim sang ibu. Misal, anak-anak Jerman memproduksi tangisan yang nada suaranya mulai dari nada tinggi hingga nada rendah, sesuatu yang mirip dengan intonasi pada bahasa Jerman. Sementara bayi-bayi Perancis mereplika intonasi yang menaik, tipikal bahasa Perancis.
Baca juga: Manfaat Menjemur Bayi di Pagi Hari
The New York Times melaporkan, Kathleen juga menemukan bahwa bayi yang ketika berada di dalam kandungan banyak mendengar percakapan dalam bahasa yang lebih bernada (contohnya bahasa Mandarin) cenderung memiliki tangisan yang melodinya lebih kompleks. Contoh lain bayi Swedia (yang lidahnya memiliki pitch accent sama seperti orang Inggris) memiliki tangisan yang kalau diperhatikan secara saksama seperti nyanyian.
Jadi, bayi, bahkan ketika berada di dalam rahim, ternyata dipengaruhi oleh intonasi dan bahasa dari ibunya. Kathleen menyebutnya sebagai “prosody,” yakni kemampuan janin mendeteksi ritme dan melodi dari tuturan sang ibu begitu usia kehamilan masuk semester ke-3. Suara inilah yang kemudian “diolah” oleh bayi dan dikeluarkan dalam bentuk tangisan.