I think a lot about teaching my kids to work hard. I’ve learned something about kids ? they don’t do what you say; they do what you do.
Jennifer Lopez

Berat Badan Turun Drastis, Ini Bahayanya

author
Hasto Prianggoro
Selasa, 31 Desember 2019 | 16:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Menurunkan berat badan ke angka ideal tentu boleh-boleh saja, asalkan tak dilakukan secara drastis. Kenapa?

 

Siapa pun pasti pengin punya berat badan yang ideal. Dan untuk tujuan tersebut, banyak yang melakukan berbagai upaya, bahkan secara drastis. Padahal, penurunan berat badan yang terlalu drastis dalam waktu singkat berbahaya bagi kesehatan.

“Yang ditakutkan, akan terjadi pembentukan batu empedu atau lumpur dari empedu,” kata dr. Apriliana Adyaksari, Sp.PD, M.Kes., spesialis penyakit dalam dari RS Medika Permata Hijau, Jakarta.

Penurunan barat badan yang terlalu drastis juga bisa menyebabkan dehidrasi. Cadangan glikogen, cadangan lemak atau karbohidrat tubuh di dalam kulit akan habis. Ini yang akan menciptakan benda keton di dalam urin sehingga membuat pasien lemas. Benda keton akan diproduksi ketika karbohidrat tak dapat digunakan untuk menghasilkan energi, salah satunya karena gangguan metabolisme karbohidrat akibat kurangnya karbohidrat di dalam tubuh.

Baca juga: Berat Badan Ideal Tanpa Diet? Bisa Dengan 10 Cara Ini!

Penurunan berat badan secara drastis juga bisa membuat performa kognitif menurun, sehingga penderita jadi ‘lemot.’ “Kalaupun mau tetap diet, karbohidrat tetap diperlukan. Misalnya dari 40% kebutuhan karbohidrat turun jadi 10% supaya tubuh tidak membongkar lemak,” lanjut April. Jika lemak dibongkar, metabolisme yang terjadi akan berbeda, bukan lagi metabolisme aerob tapi anaerob, sehingga muncullah benda keton.

“Berat badan sih, turun, tapi performa kognitif jadi jelek, kelihatan lebih loyo, dan lebih tua,” tambah April. Wajah terlihat jauh lebih tua karena oksidasi bertambah. Pembakaran yang dipaksa berlebihan akan menyebabkan oksidasi berlebihan. Ini yang membuat tubuh jadi stres oksidasi sehingga wajah terlihat 10 tahun lebih tua.

Konsumsi produk diet tertentu, misalnya pil diet herbal, sebaiknya juga diperhatikan. “Beberapa produk diet, pada beberapa kasus, malah mengakibatkan kerusakan hati,” tambah April. “Karena semua metabolisme terjadi di hati, baik metabolisme zat-zat aktif dari produk diet maupun metabolisme pemecahan lemak. Akibatnya, hati menjadi bekerja ekstra sehingga terjadi peningkatan enzim hati. Lama-lama akan menyebabkan inflamasi dan hati kolaps.”

| SHUTTERSTOCK
 Tak hanya itu, penurunan berat badan yang terlalu drastis juga bisa membuat mood terganggu. “Orang jadi sensian. Entah akibat kerusakan sel-sel yang mengatur aspek koginitif di otak, atau karena secara holistik ada gangguan nutrisi di otak.”

Jadi, penurunan berat badan ke angka ideal memang bagus, tetapi tak perlu sampai melakukan diet ekstrem, kecuali, misalnya, obesitas berat. Bahkan ada yang memakai produk laksatif sampai melakukan rangsangan untuk memuntahkan makanan. Ada baiknya penurunan berat badan tak lebih dari 5% dari berat badan sasaran dalam sebulan.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro