Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Keputihan Pada Ibu Hamil, Normalkah?  

author
Ratih Sukma Pertiwi
Rabu, 5 Februari 2020 | 12:00 WIB
Waspadai keputihan saat kehamilan. | SHUTTERSTOCK

 

Keputihan pada bumil bisa menjadi gejala wajar, namun bisa juga pertanda penyakit membahayakan. Yuk, ketahui perbedaannya.

 

Pada saat kehamilan keputihan normal terjadi. Hal ini disebabkan lonjakan hormon kehamilan dan aliran darah ke vagina yang menambah jumlah cairan pada vagina bumil. Kondisi ini juga membuat pada perubahan pH vagina. Cairan keputihan biasanya akan semakin banyak menjelang persalinan.

Umumnya keputihan normal saat kehamilan memiliki tanda-tanda:

  • Tidak berbau.
  • Tidak berwarna (transparan seperti putih telur).
  • Tidak menimbulkan rasa gatal dan nyeri.

Namun ternyata ada juga keputihan yang tidak normal saat kehamilan dan merupakan tanda munculnya penyakit serius. Keputihan ini bisa disebabkan oleh polip rahim, infeksi jamur, bakteri, virus, penyakit kelamin, bahkan kanker.

Kebalikan dari keputihan normal, keputihan tidak normal pada bumil memiliki tanda-tanda, di antaranya:

  • Cairan berbau tidak sedap.
  • Kental dan berwarna.
  • Menimbulkan rasa gatal dan nyeri.

Jika muncul gejala-gejala tersebut, segeralah konsultasikan pada dokter kandungan. Pengobatan dokter akan dilakukan dengan beragam cara, misalnya pemberian obat antibiotik yang aman untuk kehamilan sesuai jenis infeksi.

 

Baca juga: Keputihan Saat Hamil Bisa Picu Keguguran, Cegah Dengan 4 Cara Ini

 

Infeksi Hingga Persalinan Prematur

Keputihan saat hamil harus segera ditangani karena saat hamil tubuh lebih rentan. Jika tidak diobati berisiko persalinan prematur, ketuban pecah dini, pertumbuhan bayi terhambat hingga infeksi bayi pasca persalinan.

Ada beberapa jenis infeksi yang harus diwaspadai:

  • Infeksi Jamur Candida

Lonjakan hormon membuat jamur Candida tumbuh subur. Akibatnya, vagina terasa nyeri saat berhubungan intim, keputihan berwarna kekuningan, berbau tak sedap, vagina memerah dan terasa terbakar saat buang air kecil

  • Bakteri Vaginosis

Juga disebabkan lonjakan hormon yang mengakibatkan bakteri tumbuh subur pada vagina. Bisa menyebabkan bayi lahir prematur. Gejalanya berupa gatal pada vagina, cairan keputihan berwarna abu-abu keputihan, nyeri saat buang air kecil.

  • Bakteri Trikomoniasis

Bakteri ini ditularkan melalui hubungan seksual. Gejalanya berupa cairan keputihan kuning kehijauan, bau busuk, berbusa, gatal dan terbakar.

  • Streptococcus Grup B

Mengakibatkan infeksi saluran kencing, dengan gejala rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil, urine keruh, gatal, sering merasa ingin buang air kecil meski tidak keluar. Infeksi bakteri ini bisa menular ke bayi jika tidak segera diobati.

 

Baca juga: Si Kecil Keputihan, Bagaimana Mengatasinya?

Untuk mencegah keputihan tidak normal selama kehamilan, bumil sebaiknya menjaga kebersihan vagina. Caranya antara lain, membasuh vagina dari depan ke belakang setelah buang air kecil agar bakteri dari anus tidak masuk ke vagina.

Selain itu, bumil sebaiknya menggunakan celana dalam berbahan katun dan menggantinya 2-3 kali sehari, konsumsi banyak air putih agar bakteri terbuang, jangan menahan buang air kecil, serta hindari menggunakan sabun pembersih vagina.

Jika gejala infeksi tidak kunjung membaik, segeralah konsultasikan ke dokter kandungan demi keselamatan bumil dan janin.

 


 

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi