Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Sudah Bukaan Lengkap Tapi Harus Caesar, Apa Sebabnya?

author
Ratih Sukma Pertiwi
Rabu, 11 Maret 2020 | 17:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Dalam persalinan normal, proses pembukaan diawali dari pembukaan 1 hingga pembukaan 10. Pada saat pembukaan lengkap, leher rahim terbuka lebar sebagai tanda proses kelahiran bayi akan segera terjadi. Namun, bagaimana jika pembukaan sudah lengkap tetapi bayi belum juga keluar?

Normalnya bayi akan segera keluar setelah terjadi pembukaan lengkap (pembukaan 10). Durasi dari pembukaan 1 hingga 10 ini bervariasi pada setiap kehamilan, ada yang hanya dalam hitungan menit tetapi bisa juga hingga belasan jam.

Namun pada kondisi tertentu, bayi tidak bisa keluar meski pembukaan sudah lengkap dan akhirnya dokter mengambil tindakan operasi caesar. Apa sebabnya?

 

1.Panggul Ibu Sempit

Kondisi ini disebut cephalo-pelvic disproportion (CPD). Bayi bisa sulit keluar karena ukuran kepala bayi terlalu besar sementara panggul ibu tergolong sempit, sehingga bayi tidak bisa melalui jalan lahir. 

Biasanya terjadi pada bumil yang memiliki tinggi badan kurang dari 150 cm. Dokter biasanya akan menyarankan tindakan operasi caesar untuk melahirkan bayi. Sebab jika dipaksakan bisa menimbulkan risiko, seperti trauma tulang kepala bayi, perdarahan hebat, robekan rahim.

 

Baca juga: Hal yang Terjadi Setelah Melahirkan Secara Caesar

 

2.Placenta Previa

Yaitu kondisi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir sehingga bayi tidak bisa keluar meski pembukaan sudah lengkap.

Jika dipaksakan melahirkan normal, kondisi ini akan menyebabkan perdarahan hebat saat persalinan dan ibu hamil tidak bisa mengejan. Dalam kondisi ini dokter pun akan menyarankan tindakan caesar demi keselamatan ibu dan bayi.

 

Baca juga: 5 Hal Tentang Plasenta Previa yang Harus Kamu Ketahui

 

3.Kontraksi Lemah

Menjelang fase pembukaan lengkap, kontraksi akan terus menguat yang berfungsi untuk mendorong bayi keluar. Namun pada kondisi tertentu, kontraksi justru melemah. Salah satunya bisa karena ibu hamil sudah kelelahan.

Biasanya dokter akan menyarankan induksi persalinan. Namun jika metode ini tidak berhasil, maka akan dilakukan operasi caesar.

 

4.Posisi Janin Tidak Normal

  • Presentasi Muka

Posisi kepala bayi sudah berada di bawah atau pada jalan lahir, namun posisi wajah bayi terlalu menengadah ke arah jalan lahir sehingga bayi tidak bisa keluar. Jika dipaksakan akan berisiko perdarahan atau kerusakan pada tulang kepala dan leher bayi. 

  • Sungsang

Posisi bokong atau kaki bayi justru berada pada jalan lahir.

  • Horizontal

Posisi bayi horizontal (tidak diawali kepala, bokong, ataupun kaki) sehingga sulit untuk keluar. 

 

Baca juga: Bekas Luka Caesar Cenut-Cenut? Ini Cara Meredakannya

 

5.Kondisi Gawat Janin

Adalah kondisi ketidaknormalan denyut jantung janin, bisa sangat lambat atau sangat cepat,  janin sangat stres, kekurangan oksigen, terlilit tali pusat, air ketuban banyak berkurang, atau kondisi-kondisi seperti empat hal di atas.

Ibu hamil pun bisa mengalami stres, tekanan darah tinggi, atau perdarahan hebat. Jika terjadi kondisi gawat janin, dokter akan segera melakukan tindakan caesar untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. 

 

Baca juga: Ini Sebenarnya yang Dimaksud Keracunan Air Ketuban

 

Nah, untuk menghindari kondisi-kondisi di atas, bumil disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin di dokter kandungan. Menjelang kelahiran biasanya pemeriksaan akan lebih sering, yaitu 1-2 minggu sekali agar dokter bisa memantau kondisi kesehatan dan posisi janin.

Jangan lupa juga untuk rutin melakukan senam hamil agar tubuh lebih fit dan berenergi menjelang persalinan. Dapatkan juga dukungan dari orang-orang terdekat, terutama suami.

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi