Bunda, mulailah berhenti untuk mengatakan “Sudah, jangan cengeng!”, “Masa begitu saja menangis, sih?” saat si kecil menangis.
Menangis adalah salah satu bentuk penyaluran emosi yang wajar terjadi pada setiap orang, termasuk anak. Lewat menangis anak belajar mengekspresikan perasaannya, seperti sedih, takut, marah, kesal, bahkan antusias.
Saat sedih, takut, atau marah itulah tubuh melepas hormon stres, yaitu kortisol yang berpengaruh buruk bagi kesehatan tubuh, seperti meningkatkan detak jantung, kadar gula darah, serta tekanan darah.
Dengan cara menangis, hormon stres tersebut akan ditekan sehingga perasaan tidak nyaman anak semakin berkurang bahkan menghilang.
Baca juga: Mengapa Menangis Untuk Bayi itu Penting?
Sayangnya banyak orang tua yang justru melarang anaknya menangis, terlebih anak laki-laki. Menangis dianggap sebagai tindakan yang kurang bagus, memalukan, cengeng, lemah, dan harus dihindari.
Padahal melarang atau mengabaikan anak menangis memberikan dampak tidak baik bagi perkembangan emosional anak, di antaranya:
1.Anak menjadi tertekan dan mudah menyalahkan diri sendiri.
2.Anak menjadi tertutup pada orang tua karena dipaksa memendam emosinya.
3.Anak menjadi tidak percaya diri, merasa dirinya selalu kurang baik, dan sangat tergantung pada orang lain.
4.Anak tumbuh menjadi pribadi yang terlalu sensitif, atau sebaliknya justru tidak sensitif (sulit berempati) terhadap perasaan orang lain.
5.Kesulitan mengelola emosi negatif sehingga mudah marah atau tersinggung.
Jadi apa yang sebaiknya dilakukan orang tua jika anak menangis?
1.Hindari melarang atau memaksa anak berhenti menangis, apalagi sambil memarahinya.
2.Berikan ruang dan waktu bagi anak untuk melampiaskan emosinya dengan menangis. Katakan pada anak, “Tidak apa-apa kamu menangis. Nanti jika menangisnya sudah selesai, baru kita bicara, ya.”
3.Setelah tangis anak mereda, pelan-pelan tanyakan bagaimana perasaannya dan apa yang membuatnya tidak nyaman.
Baca juga: Anak Menangis, Begini Cara Mengatasinya
4.Dengarkan cerita anak hingga selesai dan tatap matanya agar anak merasa benar-benar diperhatikan.
5.Tawarkan solusi atau bantuan sehingga anak tidak merasa sendirian menghadapi masalahnya.
6.Jangan lupa berikan pelukan dan kata-kata positif yang membesarkan hatinya.
Bagaimana jika anak terlalu sering menangis padahal usianya sudah cukup besar?
Nah, jika menurut Bunda anak terlalu sering menangis yang tidak sesuai perkembangan usianya, bisa jadi anak mengalami keterlambatan perkembangan emosi. Namun sebelum menyimpulkan, hal ini perlu dikonsultasikan terlebih dahulu pada psikolog atau psikiater anak.
Atau Bunda bisa simak penjelasan pakar berikut ini: 3 Saran Dari Ahli Mengatasi Anak Cengeng.
Nah, mulai sekarang jangan terpancing emosi saat melihat anak menangis, ya. Cobalah praktikkan cara-cara tadi di rumah.