Pandemi Covid-19 masih berlangsung, bahkan angka positif Covid-19 secara nasional terus bertambah. Bagaimana dengan sekolah, amankah anak-anak kembali masuk seperti biasa atau lebih baik melanjutkan sistem Belajar Dari Rumah? Melalui survei terhadap 137 responden, kanya.id mencoba merangkum sikap dan aspirasi para orang tua.
Kamis (9/7) lalu, dalam sehari jumah pasien virus corona bertambah 2.657 orang, dan ini merupakan angka terbanyak sejak awal pencatatan kasus Covid-19 di Indonesia. Sementara data terakhir pada Sabtu (11/7) kasus terkonfirmasi positif Covid-19 telah mencapai 74.018 orang.
Kondisi ini tentu saja menjadi kekhawatiran besar di masyarakat, termasuk para orang tua yang memiliki putra-putri di bangku sekolah, baik tingkat TK, SD, SMP, SMA, hingga universitas.
Apakah anak-anak mereka sudah aman kembali bersekolah seperti biasa di masa pandemi? Atau, sebaiknya melanjutkan sistem Belajar Dari Rumah yang telah diberlakukan pemerintah sejak pertengahan Maret lalu demi menekan angka positif Corona? Sebagai informasi, proses pembelajaran Tahun Ajaran Baru 2020/2021 akan dimulai besok, Senin (13/7).
Baca juga: Orang Tua, Lakukan 8 Hal Ini Untuk Lindungi Anak dari Virus Corona
Zona Hijau Belum Tentu Aman Sekolah Tatap Muka
Pada pertengahan Juni lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah memberikan pengumuman Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Corona.
Dalam pengumuman tersebut dijelaskan ada 4 syarat wajib untuk dimulainya pembelajaran tatap muka di sekolah pada masa pandemi ini.
Pertama, sekolah berada di zona hijau. Disampaikan Kemendikbud melalui akun Twitternya, saat ini hanya terdapat sekitar 10 persen sekolah di seluruh Indonesia yang sudah bisa memulai pembelajaran tatap muka.
Contohnya, Kota Bekasi yang angka penularan Covid-19 nya sudah di bawah angka satu. Maka memulai Tahun Ajaran Baru 2020/2021 ini Pemerintah Kota Bekasi sudah mengeluarkan izin aktivitas sekolah secara tatap muka dengan persyaratan protokol pencegahan Covid-19.
Kedua, ada izin dari pemerintah daerah atau Kementerian Agama (madrasah).
Ketiga, satuan pendidikan sudah memenuhi semua daftar periksa dan siap melakukan pembelajaran tatap muka, di antaranya ketersediaan sanitasi dan kebersihan, kewajiban menerapkan area wajib masker atau face shield, memiliki pengukur suhu tubuh jenis thermogun.
Keempat, ada persetujuan dari orang tua atau wali murid terhadap pembelajaran tatap muka.
Jika keempat syarat ini belum bisa dipenuhi, meski berada di zona hijau pembelajaran tatap muka belum boleh dilakukan.
Kabar terbaru, hari ini Minggu (12/7) Kemendikbud juga telah mengeluarkan Buku Saku Panduan Pembelajaran Pada Masa Pandemi sebagai acuan pemerintah daerah dalam mengatur satuan pendidikan, serta mempermudah masyarakat mengetahui kebijakan pemerintah terkait pembelajaran di Tahun Ajaran Baru selama masa pandemi.
Bunda dan ayah bisa mengakses Buku Saku Panduan Pembelajaran Pada Masa Pandemi di https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/06/buku-saku-panduan-pembelajaran-di-masa-pandemi-covid19
Baca juga: Cara Tepat Pakai Masker Untuk Cegah Virus Corona
Survei Kanya dan Kekhawatiran Orang tua
Terkait dengan wacana kembali ke sekolah di masa pandemi, Kanya.id melakukan survei untuk mengetahui bagaimana sikap serta aspirasi dari para orang tua.
Survei ini dilakukan pada Juni 2020 secara online menggunakan Google Forms terhadap 137 responden orang tua murid. Sebanyak 109 responden berperan sebagai ibu dan 28 lainnya responden ayah dengan kelompok usia terbesar berada di 30-49 tahun.
Sebanyak 117 responden berdomisili di Jabodetabek, sementara 20 responden berasal dari luar Jabodetabek, di antaranya Batam, Semarang, Solo, Surabaya, Sidoarjo.
Jenjang pendidikan anak responden cukup beragam, mulai dari TK hingga Univesitas dengan angka tertinggi pada jenjang SD, yaitu 74 responden.
Hasilnya, terdapat 81,8% atau 112 orang tua yang tidak setuju anaknya kembali masuk sekolah selama pandemi Covid-19 masih berlangsung. Hanya ada 18,2% atau 25 orang tua yang setuju.
Responden yang setuju anaknya kembali sekolah tatap muka sebagian besar beralasan anak mengalami kebosanan di rumah dan orang tua mengalami kesulitan menerapkan sistem belajar online dari rumah.
Bisa dibayangkan bila dalam satu rumah orang tua memiliki satu atau lebih anak yang harus melakukan pembelajaran online. Orang tua harus mempersiapkan area belajar, gadget, koneksi, serta pendampingan belajar. Bagaimana jika gadget yang dimiliki terbatas? Atau, orang tua harus tetap bekerja ke kantor sehingga tidak bisa mendampingi?
Sementara responden yang tidak setuju rata-rata mengungkapkan tiga alasan, yaitu pandemi yang masih berlangsung sehingga belum aman anak-anak kembali sekolah tatap muka, keraguan terhadap kesiapan pihak sekolah dalam hal sanitasi dan kebersihan, serta anak yang dinilai belum siap untuk menerapkan protokol kesehatan pada diri sendiri, terutama pada jenjang pendidikan TK dan SD.
Bahkan responden yang berdomisili di zona hijau pun memilih tidak setuju sekolah tatap muka kembali dimulai pada masa pandemi demi kesehatan anak.
Kekhawatiran orang tua tersebut sangat bisa dipahami. Apalagi, sebagai informasi tambahan, setelah sempat meragukan akhirnya WHO dalam pernyataan terbaru kamis (9//7) lalu resmi mengumumkan bahwa virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dapat bertahan lama di udara (airborne) dalam ruang tertutup dan dapat menular dari satu orang ke orang lain.
Sebelumnya menurut WHO penularan virus corona hanya terjadi melalui kontak langsung sekresi dari orang yang terinfeksi, seerti air liur melalui droplet saat batuk, bersin, berbicara.
Baca juga: Lakukan 5 Hal Ini Saat Anak Bosan dan Malas Belajar di Rumah
YANG SETUJU DAN TIDAK SETUJU
Dari hasil survei, berikut ini tanggapan dari beberapa orang tua, baik yang setuju dan tidak setuju terhadap sistem pembelajaran tatap muka di masa pandemi.
TIDAK SETUJU SEKOLAH TATAP MUKA SELAMA PANDEMI
Kondisi lingkungan yg belum memungkinkan utk kembali ke sekolah, jumlah warga yg positif covid msh meningkat dan org dewasa aja blm bisa aktifitas sesuai protokol kesehatan apalagi yg masih sekolah, contohnya jaga jarak, disiplin pakai masker yg benar hingga menggunakan tempat makan dan minum sendiri. Karena sangat ribet sebenarnya tapi demi kesehatan bersama. (Daniltriz, Sidoarjo)
Anak2 sulit menerapkan standart " new normal" seperti jaga jarak , maskeran dan selalu cuci tangan. (Aditya Pandu, Jakarta)
Takut sekolah jadi cluster baru penyebaran virus covid 19, karena anak2 sekolah agak susah diminta jaga jarak saat berinteraksi dengan teman2nya saat kegiatan di luar kelas. (Alifya Mudakarya, Jakarta)
Karena masih rentan covid-19 dan melihat respon pemerintah agak lambat utk covid-19 jd sebaiknya utk saat ini anak2 ttp belajar di rumah dahulu. (Larasfad, Jakarta)
Kesehatan no.1. Saya justru usul tahun ajaran baru dimundurkan hingga Januari 2021. (Sakira, Jakarta)
SETUJU KEMBALI SEKOLAH TATAP MUKA DI MASA PANDEMI
Selama sekolah memiliki protokol kesehatan yang jelas, e-learning kurang maksimal untuk anak saya. (Rizky Nuravianti, Jakarta)
Sekolah C***l secara rutin memberikan pengkinian informasi mengenai usaha mereka untuk membersihkan sekolah, prosedur bersekolah di masa New Normal dan karena saya juga berusaha menyiapkan diri dan menyiapkan anak saya untuk menghadapi dunia yang baru ini. (Sari Sutardi, Surabaya)
Anak akan lebih fokus belajar di sekolah, tetapi perlu dibagi hari masuknya dengan kelas lain. (Rangga Andhika, Tangerang Selatan)
Biar bagaimanapun perlu ada interaksi langsung untuk perkembangan kemampuan sosialisasi anak. (Irsyad Prakasa, Jakarta)
Setuju, dengan protokol kesehatan yang ketat, masuk hanya dua hari seminggu dan membawa bekal makanan sendiri, pakai masker, dll. (Hendra Wahyu, Jakarta)
Ayah dan Bunda, survei ini memang masih penuh keterbatasan namun semoga bisa memberikan sedikit gambaran mengenai kekhawatiran, sikap, serta aspirasi para orang tua.
Sepakat kesehatan anak adalah penting sehingga setiap langkah yang orang tua ambil, termasuk dalam hal sekolah, harus dipikirkan dengan matang. Namun tanpa menutup mata bahwa orang tua dan anak juga harus terus belajar beradaptasi dengan kondisi new normal yang entah sampai kapan ini.
Bagaimana menurut Ayah dan Bunda?