Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Rahim Diangkat Pasca Melahirkan, Apa Penyebabnya?

author
Ratih Sukma Pertiwi
Rabu, 14 Oktober 2020 | 12:00 WIB
Rutin periksa kehamilan untuk memperkecil risiko komplikasi. | SHUTTERSTOCK

 

Melahirkan secara normal maupun caesar bisa berisiko perdarahan. Jika perdarahannya hebat bisa sampai berakibat pengangkatan rahim, seperti yang baru-baru ini dialami Rachel Maryam. Apa penyebabnya?

Perdarahan pasca melahirkan, baik normal maupun caesar, sebetulnya normal terjadi. Kondisi yang disebut lokia ini terjadi akibat luruhnya jaringan rahim yang terbentuk selama kehamilan.

Normalnya perdarahan pasca melahirkan tersebut berlangsung 3-6 minggu. Lama kelamaan jumlah darah berkurang dan warna darah yang awalnya merah terang menjadi perlahan memudar.

 

Baca juga: Kehilangan Rahim Pasca Caesar, Rachel Maryam Kini Bahagia Bisa Memeluk Bayinya

 

Yang harus diwaspadai adalah perdarahan pasca melahirkan yang terbilang tidak normal. Pertama, dilihat dari lamanya perdarahan yang melebihi 6 minggu. Kedua, perdarahannya sangat hebat bahkan sejak 24 jam pertama pasca melahirkan sampai darah yang keluar lebih dari 500 cc untuk persalinan normal dan 1000 cc untuk persalinan caesar. 

 

Endometriosis sering dikira sindrom pramenstruasi. | SHUTTERSTOCK

 

Ketiga, keluar gumpalan darah yang besar dan sering. Keempat, merasa lemas, sesak napas, jantung berdebar, hingga mau pingsan. bisa juga mengalami rasa nyeri hebat di bagian perut dan area panggul.

Jika Bunda mengalami tanda-tanda ini segeralah periksakan ke dokter agar dilakukan penanganan yang tepat sesuai faktor penyebabnya. 

 

Baca juga: Cara Membedakan Darah Nifas Normal atau Tidak

 

Apa saja yang menyebabkan perdarahan hebat pasca melahirkan?

Atonia Uteri

Kondisi otot rahim yang lemas setelah bayi dan plasenta keluar. Ketika rahim tidak berkontraksi, terjadilah perdarahan hebat pasca melahirkan (hemorraghic postpartum).

Plasenta Akreta

Dalam kondisi normal seharusnya plasenta akan terlepas sendirinya dari dinding rahim setelah perempuan melahirkan. Namun pada kondisi plasenta akreta, plasenta tertanam terlalu dalam hingga ke otot rahim sehingga mengakibatkan perdarahan hebat pasca melahirkan.

Pengobatan plasenta akreta tergantung tingkat keparahannya. Bisa dilakukan pengikatan rahim, pengikatan pembuluh darah, bahkan hingga operasi pengangkatan rahim (histerektomi) seperti yang baru-baru ini terjadi pada Rachel Maryam. Semua pengobatan tersebut bertujuan agar sumber perdarahan hebat bisa dihentikan, karena jika tidak bisa mengancam nyawa ibu.

Sulitnya plasenta akreta ini tidak diketahui pasti penyebabnya dan tidak menimbulkan gejala selama kehamilan. Kondisi ini pun baru terdeteksi setelah bumil melakukan USG. Namun pada sejumlah kasus, plasenta akreta lebih berisiko pada perempuan yang sudah pernah melakukan operasi caesar.

 

Baca juga: 5 Hal Tentang Plasenta Previa yang Harus Kamu Ketahui

 

 

 

Selain atonia uteri dan plasenta akreta, perdarahan hebat pasca melahirkan caesar lainnya antara lain gangguan pembekuan darah, luka robekan pada rahim, endometriosis, preeklampsia, plasenta previa, plasenta menempel pada bekas caesar sebelumnya, anemia saat kehamilan.

Bisa juga disebabkan oleh sisa plasenta atau kantong air ketuban dalam rahim, riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya, usia bumil di atas 40 tahun, berat badan bayi besar, putus pembuluh darah, dan sebagainya. 

 

 

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi