We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.
Franklin D. Roosevelt

Kenali Tanda-tanda Disleksia pada Anak

author
Ratih Sukma Pertiwi
Rabu, 25 November 2020 | 14:13 WIB
Kenali tanda-tanda disleksia pada anak agar cepat ditangani. | SHUTTERSTOCK

 

Disleksia bisa membuat anak kesulitan belajar dan memengaruhi kepercayaan dirinya. Dengan mengetahui tanda-tandanya lebih dini, disleksia pada anak bisa segera ditangani.

Anak Bunda kesulitan membaca meski sudah diajarkan berulang kali? Atau, sering terbalik ketika mengeja atau menulis? Mungkin saja ia mengalami disleksia.

Disleksia merupakan gangguan proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, serta mengeja yang biasa terjadi pada anak usia sekolah.

Penyebabnya adalah gangguan pada bagian otak yang memproses bahasa dan informasi, sehingga penderita kesulitan mengidentifikasi huruf atau kata baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, anak juga bisa kesulitan memaknai bahasa sosial, seperti bahasa tubuh dan sikap ketika ia berkomunikasi dengan orang lain.

Penyebab lainnya dikatakan disleksia bisa bersifat genetik atau keturunan, faktor psikologis seperti gangguan kecemasan, atau karena penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang saat ibu hamil.

 

Baca juga: Gaya Belajar Anak Visual, Bagaimana Mengarahkannya?

 

Tanda-tanda Disleksia

Tanda-tanda disleksia bisa ketahuan sejak anak usia dini. Salah satunya adalah perkembangan bicara yang lebih lambat dibanding anak-anak seusianya. Anak juga seringkali kesulitan mengingat atau menemukan kata yang tepat saat berbicara.

Memasuki usia sekolah dasar, biasanya tanda-tanda disleksia akan semakin terlihat dengan tingkatan level yang bervariasi, di antaranya:

1.Anak kesulitan dan sering terbalik saat membaca atau mengeja.

2.Anak kesulitan dan sering terbalik saat menulis dan berhitung, misal “kereta” menjadi “ekreta".

3.Anak kesulitan menyusun kalimat dan memahami makna kalimat dengan tepat.

4.Anak cenderung menghindari atau tidak menyukai aktivitas membaca dan menulis.

5.Anak kesulitan membedakan huruf saat menulis, misalnya huruf “m” dan “w”

6.Anak sering salah mengucapkan kata, bahkan kata-kata umum.

7.Anak cenderung kesulitan mempelajari bahasa asing.

 

Jika anak memperlihatkan tanda-tanda tersebut segeralah berkonsultasi ke tenaga profesional. Penanganan akan bersifat multidisiplin, biasanya melibatkan dokter spesialis anak, dokter spesialis anak konsultan neurologi, dokter THT, dokter mata, dokter rehabilitasi medik, psikolog, psikiater, dan sebagainya. Tujuannya agar kasus disleksia ini cepat ditangani menyeluruh, tidak mengganggu kegiatan belajar anak, dan tidak terbawa hingga ia dewasa.

Dokter akan melakukan wawancara untuk menggali informasi seputar keluaga dan riwayat kesehatan anak, serta melakukan serangkaian tes fisik, seperti tes penglihatan dan pendengaran, terapi bicara, dan sebagainya.

Selain itu, akan dilakukan juga tes psikologi untuk mengetahui kondisi psikis anak apakah mengalami gangguan kecemasan atau stres yang juga bisa memengaruhi timbulnya disleksia.

 

Baca juga: Balita Punya Gaya Belajar Auditori, Apa Cirinya?

 

Latihan Sederhana di Rumah

| SHUTTERSTOCK

 

Jika anak memang didiagnosis disleksia, sebaiknya Bunda memberitahu kondisi tersebut pada pengajar dan anak jika ia sudah cukup usia untuk mengerti, dan beritahu juga bahwa kondisi tersebut bisa diperbaiki sehingga anak tidak perlu khawatir. Disleksia bahkan dikatakan tidak berkaitan dengan kecerdasan anak.

 

Baca juga: Anak Kesulitan Belajar, Lakukan 7 Hal Ini

 

Selain itu ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan orang tua di rumah:

  • Luangkan waktu setiap hari, misalnya 20 menit untuk mengajak anak berlatih mengeja dan membaca. Orang bisa membacakan buku dengan suara keras, lalu gantian meminta anak melakukan hal tersebut.
  • Siapkan krayon, buku gambar, buku tulis, kertas origami aneka warna, dan ajak anak berlatih menulis serta menggambar dalam suasana yang menyenangkan.
  • Batasi pemakaian gadget karena bisa mengurangi stimuli untuk anak membaca dan menulis.
  • Pilih permainan yang menstimuli anak untuk membaca, mengeja, mengenal warna, seperti flash card, pop up book, monopoli, ular tangga, dan sebagainya.

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi